Jakarta, Gizmologi – Harga Bitcoin anjlok ke angka terendahnya US$ 43.400 (sekitar Rp625 juta) per keping. Hal ini juga mempengaruhi mayoritas pasar kripto (cryptocurrency) lainnya yang ikut berguguran, dalam 24 jam terakhir.
Mengutip Coindesk, harga aset Bitcoin turun tajam hingga 5,65%, dan menjadi titik terendah setelah sempat mengalaminya pada awal Desember 2021 lalu. Padahal sebelumnya nilai aset Bitcoin berada di posisi stabil dan menyentuh angka angka US$ 46.929 (sekitar Rp 656 juta) per keping.
Tak hanya Bitcoin, penurunan harga juga dialami mata uang kripto lainnya. Binance mencatatkan penurunan sebesar 7,76 persen dan kini satu kepingnya dihargai sebesar US$469 per keping.
Sementara Ethereum turun 7,28 persen ke US$3.530 per keping dalam 24 jam terakhir. Terra (LUNA) juga ikut mengalami penurunan drastis sekitar 7,58 persen dan dihargai sebesar US$78,06 per keping.
Ripple (XRP) dan Cardano (ADA) juga memerah masing-masing sebesar 6,72 persen dan 6,67 persen. Namun demikian, satu keping kedua koin dihargai jauh berbeda, dimana Ripple dihargai US$0,77 sementara Cardano dihargai US$1,24.
Efek The Fed Buat Harga Bitcoin Anjlok
Adapun penurunan tajam mayoritas harga kripto terjadi setelah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) merilis risalah pertemuan pada Desember. Pembuat kebijakan yang mengindikasikan meningkatnya kegelisahan atas inflasi dan potensi suku bunga the Fed untuk mulai naik segera pada Maret ini.
Pertemuan terakhir Federal Reserve pada Desember tersebut menunjukkan para pejabat membahas apakah akan mulai menyusutkan neraca bank sentral AS yang membengkak sebesar US$ 8,3 triliun. Hal tersebut dinilai akan memacu inflasi yang lebih cepat, namun pula mengecilkan neraca dagang dan akan memberi tekanan besar pada Bitcoin cs.
Baca Juga: Usai Libur Natal, Harga Bitcoin cs Anjlok di Bawah US$ 50.000
“Beberapa peserta menilai bahwa penyusutan neraca dalam jumlah yang signifikan dapat sesuai dengan proses normalisasi, terutama mengingat likuiditas yang melimpah di pasar uang,” menurut risalah dari pertemuan Fed 14-15 Desember, yang diterbitkan Rabu pukul 2 siang waktu lokal, seperti dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (6/1/2022).
Selain itu, para investor juga khawatir pencetakan uang oleh Federal Reserve Bank hingga lebih dari 4 triliun dollar AS (sekitar Rp 57.592 triliun) akan memicu kenaikan angka inflasi. Sehingga, sentimen buruk ini disebut akan terus berpengaruh juga pada harga Bitcoin. Mengingat harga mata uang kripto ini cukup rentan, maka kemungkinan harganya naik atau turun bisa jadi berada di 50:50.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

