Peneliti Jepang Kembangkan Teknologi Biometrik dari Hembusan Napas

3 Min Read

Jakarta, Gizmologi – Sejumlah vendor smartphone telah menawarkan beragam teknologi biometrik seperti opsi membuka kunci perangkat, mulai dari fingerprint scanner, iris scanner, hingga Face Recognition. Namun, beberapa metode tersebut memiliki kelemahan dalam mengamankan perangkat gadget secara personal.

Baru-baru ini para peneliti di Kyushu University dan University of Tokyo, mengembangkan metode baru untuk teknologi pengenalan biometrik. Alih-alih menggunakan bagian tubuh, seperti mata, wajah, atau sidik jari, para peneliti ini justru memakai napas untuk membuka kunci ponsel.

“Bau manusia muncul sebagai kategori baru otentikasi biometrik, yang pada dasarnya menggunakan komposisi kimia unik Anda untuk mengonfirmasi siapa Anda,” kata Chaiyanut Jirayupat, penulis utama studi, dikutip Gizmologi dari Scienceblog, Minggu (2/10/2022).

Metode ini menggunakan konsep yang disebut “hidung elektronik”. Konsep ini melibatkan sistem sensor penciuman untuk menganalisis bau di udara dan mengidentifikasi komponen bau tersebut.

Setiap bau yang dihasilkan dari objek, memiliki komponen kimia yang akan dikenali oleh sensor pemindai. Tapi ini tentu akan mudah ya, karena hanya mengenali kondisi makanan dari baunya.

Baca Juga: Tengah Dipatenkan, Apple Watch Akan Memiliki Touch ID

Teknologi Biometrik dari Hembusan Napas

Oleh karena itu, para peneliti menilai bahwa napas yang diembuskan manusia bisa dimanfaatkan untuk mengidentifikasi beberapa penyakit termasuk diabetes, atau otentikasi biometrik.

“Ide tentang pengenal nafas untuk biometrik ini berawal dari akurasi pengenalan yang mencapai 97,8%. Dibandingkan dengan tingkat akurasi pengenalan wajah adalah 99,97%, sedangkan pemindai sidik jari bekerja pada akurasi 98,6%,”

Peneliti menemukan ada setidaknya 28 senyawa dalam setiap embusan napas. Adapun sensor bau yang digunakan pada penelitian ini memiliki 16 saluran dan setiap salurannya digunakan untuk mengidentifikasi beberapa bau.

Data dari sensor itu kemudian diteruskan ke machine learning untuk dianalisis komposisi kimia dari napas setiap orang. Sehingga dapat menyusun profil yang akan dipakai untuk membedakan setiap individu.

Tapi, komposisi nafas yang dihembuskan oleh manusia terbilang sangat kompleks. Bahkan ketika kita makan sesuatu, nafas kita juga ikut berubah. Jadi untuk teknologi pengenalan Identitas berdasarkan hembusan nafas bisa dibilang masih jauh dari matang.

Meski begitu, teknologi pengenalan nafas ini bisa menjadi fitur baru di perangkat gadget. Yaitu untuk mengetahui kondisi medis seseorang. Misalnya jika pengguna menderita penyakit diabetes, maka bisa dikenali dari nafas yang dikeluarkan.


Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Share This Article

Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Exit mobile version