Tablet seperti Samsung Galaxy Tab A9+ selalu jadi gawai yang menarik untuk dimiliki untuk menunjang produktivitas sehari-hari. Layar lebih besar dari smartphone sehingga lebih leluasa dalam bernavigasi antar aplikasi, dan bisa menggantikan laptop dalam beberapa skenario.
Kini, Samsung menghadirkan tablet kelas menengah mereka, Samsung Galaxy Tab A9+ 5G yang dijual dengan harga Rp 4 jutaan saja. Produk yang terbilang menarik, karena datang dengan rangkaian fitur yang tidak ditemukan pada kompetitor di kelas serupa.
Perangkat ini telah dilengkapi dengan konektivitas 5G, sehingga bisa digunakan tanpa jaringan Wi-Fi (dan bisa dipakai bertelepon!). Selain itu, experience ala desktop juga dapat dinikmati pada Samsung Galaxy Tab A9+ 5G dengan dukungan DeX. Ini menjadi tablet termurah Samsung yang dapat digunakan dengan mode DeX.
Bagaimana performanya kala digunakan sebagai tablet harian? Berikut review lengkap Samsung Galaxy Tab A9+ 5G!
Desain
Kala pertama kali memegangnya, saya langsung menyukai feel pada bodi Samsung Galaxy Tab A9+ 5G. Mayoritas bagian bodinya berbahan aluminium yang memberikan kesan mewah dan solid. Terdapat material plastik, namun hanya sedikit di bagian sekitar kamera. Unit tablet yang saya uji berwarna graphite, berkesan formal dengan kelir abu gelap cenderung kehitaman. Bila ingin lebih unik, tersedia pilihan warna navy blue.
Ukurannya sendiri terbilang besar dengan layar 11 inci, namun tetapi terjaga ketipisannya di 6.9 mm saja. Begitu pula bobot yang terbilang ringan, hanya 492 gram. Komposisi ketipisan dan berat tersebut membuat pengalaman memegang tablet ini tidak menjadi nyaman, walau tentunya tidak untuk dioperasikan dengan satu tangan.
Perihal aksesori, sampai saat review ini dibuat, Samsung hanya menyediakan Smart Book Cover untuk Samsung Galaxy Tab A9+ 5G. Baik case dengan keyboard ataupun touchpad, belum tersedia secara resmi. Namun, kamu dapat menggunakan case third party yang telah mendukung bluetooth keyboard – tersedia di e-commerce dengan berbagai macam jenis dan harga. Baik bluetooth mouse ataupun bluetooth keyboard sendiri, dapat disambungkan ke tablet ini dan berfungsi dengan baik.
Baca juga: Review Samsung Galaxy Tab A9: Tablet Mungil, Murah, Terbaik di Kelasnya
Layar
Urusan layar, Samsung Galaxy Tab A9+ 5G menggunakan panel PLS LCD berukuran 11 inci dengan resolusi 1920 x 1200 (Full HD). Ukuran yang terbilang besar, dibarengi dengan bezel yang terlihat pas – tidak terlalu tebal ataupun tipis. Panelnya memang belum menggunakan IPS ataupun AMOLED, namun PLS LCD pada tablet ini tetap dapat menampilkan warna dengan cerah dan tajam serta punya viewing angle setara IPS.
Saya sendiri menyukai respon touchscreen pada Galaxy Tab A9+ 5G. Selain karena sudah dilengkapi dengan refresh rate 90Hz, touchscreen dapat mengikuti ritme jari tangan yang cepat (saat sedang bernavigasi antar menu maupun mengetik) dengan lancar. Resolusi Full HD juga terbilang memadai, layar tetap terlihat tajam di jarak pandang normal.
Ukuran 11 inci, dirancang untuk kegiatan produktivitas yang dilakukan tanpa memegang tablet dengan tangan alias banyak diletakkan di atas permukaan. Multitasking beberapa aplikasi sekaligus dengan mode DeX misalnya, dapat dilakukan dengan nyaman karena tampilan aplikasi yang terlihat seperti laptop. Begitu juga kala berkutat dengan dokumen, sangat memadai untuk dipandang dalam jangka waktu lama.
Berhubung tablet ini belum dilengkapi dengan proteksi kaca seperti Gorilla Glass, ada baiknya untuk segera memberikan pelindung layar (seperti tempered glass atau hydrogel) bila tidak ingin permukaannya timbul goresan tipis. Kaca layar tablet ini sendiri terasa licin dan tidak seret, mampu memberikan rasa menyentuh layar yang nyaman – tetapi karena belum dilengkapi dengan proteksi apapun, sebaiknya tetap menambahkan pelindung layar.
Kamera
Bagian kamera menjadi hal yang jarang diperhatikan pada sebuah tablet. Begitu juga dengan Samsung Galaxy Tab A9+ 5G yang hanya memiiki masing-masing satu kamera di bagian belakang dan depan. Untuk kamera belakang, tersedia satu sensor 8MP dengan autofocus tanpa flash. Sedangkan di bagian depan, terdapat sensor 5MP yang diletakkan dengan posisi yang natural saat digunakan di posisi horizontal.
Fitur kameranya sendiri tergolong sangat sederhana, sebagaimana sebuah tablet. Kualitas foto yang dihasilkan dapat diandalkan selama hanya untuk dokumentasi saja. Kurang lebih, setara dengan smartphone Samsung sejutaan.
Gambar masih memiliki detail yang cukup dan warna yang baik di kondisi pencahayaan berlimpah. Ketika memasuki pencahayaan indoor, foto langsung terlihat lebih halus dengan noise yang menghiasi foto. Berhubung lampu flash tidak tersedia, kamera hanya dapat digunakan di kondisi cahaya cukup.
Hasil tangkapan kamera Galaxy Tab A9+ 5G bisa kamu akses pada album berikut ini.
Saat digunakan merekam video, Tab A9+ 5G dapat merekam dengan resolusi maksimal 1080p 30fps di kamera depan dan belakang. Bagaimana dengan hasilnya? Sudah cukup mumpuni untuk dokumentasi simpel atau video conference, namun tidak untuk merekam sambil bergerak karena tidak dilengkapi dengan image stabilizer. Rekaman suara juga terdengar jelas walau digunakan merekam di situasi yang cukup ramai seperti kafe.
Fitur
Menyandang nama besar Samsung, lini tablet mereka punya nilai jual utama pada tampilan antarmukanya yang sudah tergolong matang dengan sejumlah fitur ekstra. Pada Samsung Galaxy Tab A9+ 5G, bagian ini semakin bersinar. Dibekali dengan One UI 5.1 berbasis Android 13, ia hadir dengan dukungan Samsung DeX – tablet seri A pertama dengan fitur desktop mode. Sebelumnya hanya hadir di seri S, kini dapat dinikmati di tablet Samsung 4 jutaan.
Samsung DeX pada Galaxy Tab A9+ 5G berfungsi sebagaimana yang ada di seri S. Mode ini membuat semua aplikasi bisa berjalan dalam berbagai window di saat bersamaan, seperti menggunakan Windows. Saya sangat menyukai mode ini kala menggunakan tablet untuk bekerja sambil dipasangkan dengan keyboard dan mouse, karena rasanya seperti sedang memakai laptop Windows. Multitasking berbagai aplikasi pendukung kerja berjalan dengan lebih efektif, tidak perlu ribet dengan tatanan window yang tidak fleksibel.
Hal lain yang menyenangkan dari tablet ini adalah kualitas audionya, di mana speaker Samsung Galaxy Tab A9+ 5G telah dilengkapi dengan empat speaker yang terletak di samping bodi. Dukungan Dolby Atmos juga telah tersedia dan dapat digunakan dengan speaker internal. Keluaran suaranya terdengar kencang dan tetap jernih di volume tinggi, nyaman untuk mendengarkan lagu maupun menonton video – tidak harus selalu menggunakan earphone ataupun speaker tambahan.
Performa Samsung Galaxy Tab A9+ 5G
Sektor performa, Samsung Galaxy Tab A9+ 5G mengandalkan chipset Snapdragon 695 5G. Paduan memori yang tersedia hanya satu varian saja, dengan RAM 8GB dan memori internal 128GB yang masih dapat ditambahkan dengan MicroSD. Dengan fabrikasi 6 nm saja, chipset ini terkenal akan kehematan dayanya dan umum digunakan di smartphone kelas 4 jutaan. Lantas, bagaimana dengan performanya?
Kala digunakan pada tablet seperti Galaxy Tab A9+ 5G, saya merasa tidak ada masalah dengan performanya dengan skenario penggunaan sehari-hari. Baik membuka Chrome dengan banyak tab sembari mendengarkan lagu dengan Spotify dan membuka dokumen dengan Office 365 dan Acrobat Reader, dapat dilahap dengan mulus.
Diajak untuk penggunaan yang lebih berat seperti multitasking dengan mode DeX, Galaxy Tab A9+ 5G masih dapat berjalan dengan baik. Ia baru terasa mulai berat saat membuka lebih dari 6 aplikasi dalam bentuk window di DeX. Gaming ringan seperti Mobile Legends dapat dijalankan dengan fps yang nyaman di settingan high, terbantu dengan respon layar sentuh yang responsif. Untuk game yang lebih berat seperti Genshin Impact, tablet ini dapat menjalankannya dengan pengaturan grafis low dengan fps stabil di 30-40.
Baterai
Samsung Galaxy Tab A9+ 5G dibekali dengan baterai Li-Po berkapasitas 7040 mAh. Setelah menggunakannya sehari-hari, kapasitas tersebut saya rasa sudah memadai untuk sehari-hari. Dipadukan dengan chipset yang hemat daya, tablet ini dapat bertahan hingga 2-3 hari dari terisi penuh hingga tersisa 10% dengan skenario pemakaian standar untuk bekerja dengan aplikasi Chrome dan Office 365 di jam kerja, dan menonton video di YouTube di malam hari.
Sektor pengisian daya, menjadi kekurangan dari Galaxy Tab A9+ 5G. Travel adapter tidak disertakan dalam paket penjualan – pengguna harus membeli atau menggunakan travel adapter tambahan. Lalu, pengisian daya yang hanya 15 watt terbilang lamban, memerlukan hampir 3 jam untuk mengisi baterainya dari habis total hingga penuh, atau 2,5 jam dari 20% hingga penuh. Untungnya, daya tahan baterai terbilang efisien sehingga tidak perlu sering bergantung dengan charger.
Kesimpulan
Saya rasa, Samsung Galaxy Tab A9+ 5G tergolong menyenangkan untuk digunakan sebagai tablet harian – apalagi dengan banderol harga yang tak sampai Rp 5 juta. Bodinya kokoh dan berkualitas, layarnya terasa responsif kala digunakan untuk bernavigasi antar menu maupun mengetik, dan empat buah speaker dengan dukungan Dolby Atmos dapat diandalkan untuk menikmati konten.
Tak berhenti di sana, performa chipset Snapdragon 695 5G dengan RAM 8GB dirasa cukup gegas untuk membuka berbagai aplikasi, tentunya juga berkat OneUI yang intuitif dan teroptimalisasi dengan baik. Adapun sejumlah kekurangan tetap hadir pada tablet ini. Semisal, travel adapter yang tidak disertakan pada paket penjualan dan kecepatan pengisian daya yang agak lambat. Selain itu, aksesoris tambahan seperti case dengan keyboard belum tersedia secara resmi – masih harus bergantung dengan keyboard case pihak ketiga.
Walau begitu, serangkaian kelebihan yang saya rasakan dan dukungan konektivitas selular 5G membuat tablet ini sangat saya rekomendasikan kepada Gizmo friends. Terutama bagi kamu yang mencari tablet Rp 4 jutaan dengan fitur lengkap dan ketahanan untuk dipakai dalam jangka waktu lama.

