Jakarta, Gizmologi โ Kepopuleran aset kripto sebagai alat investasi telah mendapatkan daya tarik global beberapa tahun ke belakang. Survei terbaru yang dilakukan Zipmex dan firma riset pasar Jakpat mengonfirmasi bahwa tren yang serupa terjadi di Indonesia.
Data dari survei ini disebarkan kepada lebih dari seribu orang, berusia 25-40, pada 33 provinsi di Indonesia. Menurut survei Jakpat tersebut, aset kripto (11,69%) sekarang berada di antara lima teratas yang paling banyak digunakan di pasar, bersama dengan emas (25,51%), reksa dana (14,75%), deposito berjangka (13,57%), dan properti (11,64%).
Secara keseluruhan, sebanyak 87,85% responden yang berpartisipasi di survei merupakan investor, dengan 31,8% memiliki satu instrumen, sedangkan 45,85% memiliki banyak instrumen investasi. Selain itu, untuk responden yang belum berinvestasi mengungkapkan sejumlah alasan. Di antaranya masih memiliki tagihan dan pinjaman untuk dilunasi (60,35%) serta lebih suka memiliki akses ke uang tunai (20,26%).
Ketertarikan untuk investasi di aset kripto

Survei tersebut menunjukkan bahwa 62,83% atau hampir dua pertiga responden tertarik untuk berinvestasi di aset kripto dalam tiga bulan ke depan.
Dalam hal kripto, ada tiga alasan utama mengapa responden belum berinvestasi di aset kripto. Pertama, mereka menganggap masih kurangnya informasi terkait kripto (45,31%), kemudian tidak mengetahui mulai dari mana (17,46%), terakhir terlalu berisiko (15,53%).
Untuk jenis kelamin, survei melaporkan bahwa persentase pemilik aset kripto laki-laki (29,78%) lebih tinggi dibandingkan pemilik aset kripto perempuan (16,60%). Persentase responden laki-laki yang tertarik untuk investasi di aset kripto dalam tiga bulan ke depan juga lebih tinggi (71,20%) dibandingkan responden perempuan (54,63%).
Ketika data tersebut dipecah menjadi kelompok umur, persentase kepemilikan aset kripto berada dalam kelompok usia 31-35 (25,74%), diikuti oleh 25-30 (23,38%), dengan 36-40 (17,47%) di posisi terendah. Meskipun persentase kepemilikannya rendah, sejumlah 66,27% dari kelompok usia 36-40 dilaporkan memiliki minat untuk berinvestasi di aset kripto selama tiga bulan ke depan, sementara 67% dari kelompok usia 31-35 dan 59,53% dari kelompok usia 25-30 melaporkan selera yang sama untuk investasi aset kripto.
Selain itu, data tersebut juga menyebutkan bahwa lebih dari 60% responden tertarik untuk berinvestasi di aset kripto dan akan mengambil kesempatan untuk mulai berinvestasi di dalamnya, dalam tiga bulan ke depan. Meskipun minat telah muncul, laporan ini juga mengatakan bahwa lebih dari 50% responden mengakui bahwa mereka juga kurang memiliki pengetahuan dan wawasan yang memadai tentang hal itu.
Masih ada salah paham tentang kripto di Indonesia
Menurut Siska Lestari, Head of Growth Zipmex Indonesia, masih ada kesalahpahaman terbesar tentang kripto di Indonesia. Salah satunya karena keterkaitannya yang kuat dengan volatilitas nilai jangka pendek dan perubahan cepat di pasar kripto yang terjadi dalam 24/7, tidak seperti pasar saham Indonesia.
โJika dilihat dari perspektif ini, kami memahami bahwa berinvestasi di kripto dapat dianggap sebagai aktivitas yang sangat berisiko, menakutkan, dan mengintimidasi,โ ujar Siska.
Oleh karena itu, pihaknya ingin mencoba mematahkan ketidakpercayaan besar ini dengan menjelaskan lebih banyak wawasan tentang aset kripto, sebagai instrumen investasi yang akuntabel dan layak dipercaya. Ia menambahkan,ย berinvestasi dalam aset kripto dalam jangka waktu yang lama menghadirkan cerita yang sama sekali berbeda. Mengingat aset kripto telah mengalami pertumbuhan kolektif yang kuat dan stabil selama beberapa tahun terakhir.
โUntuk membantu mengilustrasikan poin tersebut, kapitalisasi pasar global aset kripto telah tumbuh lebih dari sepuluh kali lipat dari sekitar USD150 miliar menjadi lebih dari USD1,7 triliun selama beberapa tahun terakhir saja,โ jelas Siska.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.



