Jakarta, Gizmologi – Anantarupa atau Anantarupa Studios, sebagai perusahaan pengembang Intellectual Property (IP) membahas mengenai tantangan industri IP di Indonesia. Dari riset yang dibagikan oleh Anantarupa, basis penggemar musik K-POP asal Korea Selatan ini bisa dibilang sebagai bentuk soft power dari IP negara Korea Selatan yang memanfaatkan budaya musik K-POP untuk masuk ke negara-negara lain, di mana salah satunya adalah Indonesia.
Angka pendapatan dari ekspor industri musik Korea Selatan memang bombastis, namun angka itu masih kalah dibandingkan angka yang dihasilkan dari industri gim Korea. Karena dari data di tahun 2021 saja, ekspor industri gim di Korea membukukan total nilai ekspor senilai 8,7 milyar dolar US (setara dengan 137,3 triliun Rupiah), sedangkan ekspor industri musik hanya 775 juta dolar US (setara dengan 12,4 triliun Rupiah). Yang artinya nilai ekspor industri gim itu 12 kali lebih besar daripada ekspor industri musik.
Melihat hal tersebut, Anantarupa merangkum tantangan industri IP di Indonesia yang perlu diselesaikan secara bersama-sama. Karena secara tak langsung, perusahaan menganggap keadaan saat ini seperti perang tak kasat mata.
Baca Juga: Anantarupa Studios Perkenalkan Tiga Wanita Penting di Game Lokapala
Tantangan Industri IP Bisa Diselesaikan Dengan Kolaborasi

Apa yang terjadi di Korea Selatan, bisa menjadi bahan penelitian atau studi buat Indonesia dalam menentukan langkah strategis yang harus dijalankan untuk mengejar ketertinggalan 30 tahun ini. Di tahun 2022 jumlah pemain gim di Indonesia mencapai 174 juta orang dan membukukan transaksi hingga 31 triliun Rupiah.
Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai medan perang tak kasat mata di kawasan Asia Tenggara. Ratusan gim asing dari Cina, Korea, dan negara lain masuk membanjiri pasar Indonesia tak terbendung dan belum ada kebijakan pemerintah untuk mengatur tata kelola industri gim asing tersebut.
Meski demikian, Anantarupa mengatakan Indonesia masih memiliki peluang untuk menang atau unggul dari negara lain dan mengatasi tantangan industri IP. Yaitu dengan membangun kekuatan dan menumbuhkan ekonomi baru dari industri gim. Sayangnya di Indonesia masih ada banyak tantangan untuk mewujudkannya, mulai dari SDM yang masih ada gap dengan industri, akses pembiayaan industri gim yang belum tersedia, akses market yang masih belum terbuka untuk gim lokal, hingga program kementerian yang dikatakan belum bisa mampu mengatasi tantangan-tantangan di industri gim nasional.

“Untuk itu, kita harus apresiasi langkah Pak Jokowi yang memberikan instruksi ke jajaran pemerintahannya lewat Perpres No.19/2024. Di mana di dalamnya tertulis instruksi kepada jajaran kementerian maupun instansi pemerintahnya melalui pilar-pilar yang diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan industri gim di negara kita,” ungkap Anantarupa Studios
Sayangnya meski sudah terbit Perpres percepatan industri gim nasional, instansi ataupun lembaga pemerintah masih banyak yang memberikan panggung kepada IP maupun gim asing. Bahkan ada yang sampai memberikan berbagai dukungan kepada gim asing untuk tumbuh berkembang di Indonesia. Inilah yang menambah tantangan industri IP di Indonesia.
Perusahaan ini berpendapat Pemerintah Indonesia harus belajar dari Pemerintah Jepang dan Korea, di mana instansi pemerintah, termasuk BUMN harus menggunakan IP lokal. Sehingga menciptakan daya ungkit dan kesempatan untuk bersaing dengan perusahaan IP asing yang didukung oleh negara mereka masing-masing.
Peluang Indonesia Hadapi Tantangan Industri IP

Selain membahas tantangan industri IP, Anantarupa juga membahas peluang Indonesia bisa unggul dan tak hanya menjadi pasar saja. Menurut Anantarupa, sejarah dan budaya Nusantara Indonesia sangatlah kaya dan tidak kalah menarik untuk dikembangkan IP-nya. Cerita kepemimpinan kerajaan-kerajaan zaman Nusantara yang bahkan sempat memimpin dunia ini bahkan tersirat pada catatan-catatan manuskrip di prasasti bangsa-bangsa di Asia.
Sebut saja catatan Ptolemy dari abad ke 3 sebelum Masehi yang mencatat kapal dari Jawa dan berbagai manuskrip di Cina sejak abad ke 5 yang mencatat besarnya kapal-kapal Nusantara yang mampu mengangkut 1000 orang dan 1000 kuda serta membawa perbekalan untuk 1 tahun. Hingga berbagai prasasti di India, Kamboja, Thailand, sampai Filipina yang mengkonfirmasi kepemimpinan Nusantara di zaman itu.
Nilai-nilai kepemimpinan Nusantara itu diabadikan di relief Lokapala (pelindung jagad) pada lorong pertama relief luar di Candi Borobudur. Nilai-nilai kepemimpinan Nusantara ini diperkenalkan kembali dalam gim esports Lokapala, yang juga merupakan satu-satunya gim MOBA dari Asia Tenggara.
“Tahun ini, Lokapala melebarkan sayap ke Asia Tenggara dan ke India seperti mengulang kepemimpinan Nusantara di masa lalu, memperkuat pengaruh Indonesia pada generasi muda di negara-negara tersebut,” kata Anantarupa.
Ia juga berpendapat banyak industri-industri konten lain dari sektor film, animasi, dan komik yang juga mengangkat nilai-nilai budaya Indonesia ke dunia. Upaya ini bisa saja menyelesaikan tantangan industri IP di Indonesia dan menyukseskan visi Indonesia Emas 2045.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




