Jakarta, Gizmologi – International Monetary Fund (IMF) memprediksi adanya ancaman inflasi dan resesi di sejumlah negara, mengingat prediksi penurunan pertumbuhan ekonomi global di tahun 2023. Efek krisis ekonomi dari pandemi Covid-19 yang berkepanjangan menyebabkan implikasi makro ekonomi yang lebih luas.
Selain itu, konflik bersenjata antara Rusia dengan Ukraina juga menambah ketidakpastian dinamika ekonomi politik di tahun mendatang. Terkait hal tersebut, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan bahwa meskipun kondisi ekonomi masih tidak menentu, upaya pemulihan ekonomi di Indonesia sudah mulai berjalan.
“Perekonomian Indonesia sudah berjalan ke arah yang positif. Hal itu dapat dilihat dari kedigdayaan perekonomian Indonesia, dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III- 2022 ini, berhasil mengalami peningkatan hingga 5,7 persen,” kata Suahasil dalam keterangannya, Senin (2/1/2023).
Suahasil menilai bahwa daya beli Indonesia saat ini masih terjaga di tengah ancaman inflasi. Adapun mobilitas masyarakat meningkatkan pertumbuhan kegiatan ekonomi.
“Yang bisa dilakukan masyarakat adalah tetap optimis dengan segala kegiatan ekonomi sekaligus waspada akan dampak penyebaran Covid-19 dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang kita jalankan. Optimisme serta kewaspadaan menjadi modal masyarakat Indonesia agar dapat bertahan di tengah ketidakpastian global,” sebutnya.
Baca Juga: Scaleup Investasi, Pluang Tawarkan Leverage Aset di Pasar Saham AS
Ancaman Inflasi 2023

Senada dengan komentar Wamenkeu perihal optimisme dan kewaspadaan di tengah ketidakpastian ekonomi, Head of Public Policy and Stakeholder Engagement Pluang Gusti Kahari mengatakan, bahwa pemulihan ekonomi bisa didorong dengan berkolaborasi dalam peningkatan program literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.
“Pluang sebagai platform investasi multi-aset tentunya terus berkomitmen menjadi kanal penyedia konten edukasi keuangan guna memperluas cakupan literasi dan inklusi keuangan, yang harapannya dapat mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional,” imbuhnya.
Adapun, dinamika inflasi global yang berimplikasi pada meningkatnya suku bunga AS dan outflow capital besar-besaran pada aset investasi berisiko tinggi patutnya menjadi pengingat bahwa investasi di tahun 2023 perlu upaya navigasi portofolio.
“Berbicara soal investasi, dinamika makro ekonomi yang diprediksi akan terus volatil sebelumnya merupakan satu dari segala jenis faktor penentu pengalaman berinvestasi,” pungkas Gusti Kahari.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




