Jakarta, Gizmologi – Digitalisasi diperkirakan akan terus tumbuh di Asia Tenggara, menurut riset International Data Corporation (IDC) memperkirakan pasar layanan cloud akan tumbuh mencapai USD$ 11 miliar atau Rp 163 triliun di tahun 2025. Berdasarkan laporan itu, 81% organisasi dan perusahaan di Indonesia diprediksi akan meningkatkan layanan cloud-nya dalam 12 bulan mendatang.
Artinya satu dari tiga perusahaan di Asia Tenggara diprediksi akan menghasilkan lebih dari 15% pendapatannya dari produk dan layanan digital pada 2023. Perkembangan ekosistem digital ini berdasarkan laporan “IDC ASEAN Unveils its Top ICT Predictions for 2022 and Beyond at IDC FutureScape 2022″.
“Usaha untuk meningkatkan pendapatan dari produk dan layanan digital ini, meningkatkan peran teknologi cloud bagi kelangsungan dan ketahanan bisnis organisasi-organisasi di Asia Tenggara untuk bersaing di dunia yang mengutamakan digital,” ucap Research Manager IDC Thailand, Prapussorn Pechkaew dalam keterangan resminya.
Menurut IDC, beberapa area yang menjadi prioritas negara-negara di Asia Tenggara untuk mendorong ekonomi digital mereka di antaranya adalah menjadi perusahaan yang mengandalkan data dalam pengambilan keputusan, melakukan akselerasi layanan digital, beroperasi secara otonom atau tanpa campur tangan manusia, mengutamakan kualitas pada seluruh interaksi dengan pelanggan atau omni-experience, serta modernisasi rantai pasokan.
Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan pendapatan dari produk dan layanan digital ini turut meningkatkan peran salah satu bidang teknologi, yakni cloud. Teknologi cloud dinilai sangat berguna bagi kelangsungan dan ketahanan bisnis organisasi-organisasi di Asia Tenggara untuk bersaing di dunia yang mengutamakan sektor digital.
Baca Juga: Helios Gandeng Tencent Cloud, Tawarkan Komputasi Awan yang Stabil
Makin Banyak Perusahaan Adopsi Layanan Cloud

Lebih lagi, pandemi COVID-19 juga turut berdampak pada semakin banyaknya perusahaan yang memindahkan mission-critical workloads mereka ke public cloud. Pemerintah di negara-negara Asia Tenggara juga membuka kesempatan bagi para pelaku industri yang sudah teregulasi seperti finansial, asuransi, layanan kesehatan, sektor publik, energi, telekomunikasi, dan manufaktur untuk mengadopsi penggunaan public cloud.
“Proses adopsi hybrid dan multi cloud juga semakin cepat karena perusahaan memiliki akses ke produk-produk yang lebih baik untuk melakukan integrasi data dan interoperabilitas aplikasi pada beberapa cloud,” sambung Pechkaew.
Di sisi lain survey IDC, menyebutkan lebih dari 60% organisasi di Indonesia, Malaysia, dan Singapura telah memprioritaskan program-program yang terkait dengan ketahanan infrastruktur digital. Dari angka tersebut, peningkatan sebesar 81% ditunjukkan organisasi-organisasi di Indonesia, 86% di Malaysia, 88% di Filipina, dan 92% di Thailand.
“Angka tersebut menunjukkan peningkatan penggunaan layanan cloud yang lebih tinggi dari angka rata-rata regional,” imbuhnya,
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




