Jakarta, Gizmologi – Data dari Kaspersky menunjukkan bahwa pada Q1 2024, terdapat lebih dari 26 juta ancaman berbasis web yang terdeteksi di kawasan ini. Angka ini setara dengan rata-rata 146.944 ancaman setiap harinya, menunjukkan skala besar dari risiko siber yang dihadapi bisnis di kawasan tersebut.
Indonesia, sebagai salah satu negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, menghadapi lebih dari 3,2 juta ancaman selama periode yang sama. Malaysia berada di posisi teratas dengan lebih dari 19,6 juta ancaman, sementara Vietnam, Thailand, Filipina, dan Singapura juga melaporkan jumlah serangan yang signifikan. Fenomena ini menegaskan bahwa kebutuhan akan keamanan siber bukan lagi pilihan, tetapi menjadi prioritas bagi bisnis dan organisasi di kawasan ini.
General Manager Kaspersky Asia Tenggara, Yeo Siang Tiong, menjelaskan bahwa ketergantungan terhadap teknologi digital memperbesar “permukaan serangan” yang dapat dieksploitasi oleh penjahat siber. Jika tidak ditangani dengan baik, ancaman ini dapat menyebabkan kerugian finansial, gangguan operasional, bahkan mengikis kepercayaan publik terhadap sistem digital.
Baca Juga: Waspada Aplikasi Berbahaya Berkedok VPN, Ketahui Tipsnya!
Penyebab dan Dampak Ancaman Siber

Seiring dengan meningkatnya adopsi teknologi digital, bisnis dan organisasi di Asia Tenggara menjadi target utama serangan siber. Ancaman berbasis web yang dimaksud mencakup berbagai jenis, seperti malware, phishing, dan eksploitasi kerentanan perangkat lunak. Serangan ini sering kali terjadi karena lemahnya perlindungan sistem atau kurangnya kesadaran pengguna tentang pentingnya keamanan siber.
Kerentanan dalam sistem digital dapat berdampak serius, termasuk pencurian data, gangguan operasional, dan kerusakan reputasi. Sebagai contoh, sektor kritis seperti layanan kesehatan dan energi sering kali menjadi target utama, karena dampak serangan pada sektor-sektor ini jauh lebih besar. Hal ini juga berlaku untuk rantai pasokan dan lembaga keuangan, di mana serangan dapat merusak stabilitas ekonomi.
Selain itu, penjahat siber kini semakin canggih, memanfaatkan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) untuk meluncurkan serangan yang lebih kompleks dan sulit dideteksi. Dalam situasi ini, bisnis perlu lebih waspada dan berinvestasi dalam solusi keamanan yang lebih tangguh.
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber

Untuk mengatasi ancaman ini, Kaspersky merekomendasikan beberapa langkah strategis yang dapat diterapkan oleh bisnis di Asia Tenggara. Pertama, selalu perbarui perangkat lunak di seluruh perangkat untuk mencegah eksploitasi kerentanan. Pembaruan ini sering kali mencakup patch keamanan yang dirancang untuk melindungi sistem dari serangan terbaru.
Kedua, lakukan cadangan data secara rutin dan pastikan data tersebut dapat diakses dengan cepat dalam keadaan darurat. Langkah ini penting untuk meminimalkan kerugian akibat kehilangan data, terutama ketika terjadi serangan ransomware. Selain itu, bisnis juga disarankan untuk mengaudit akses rantai pasokan dan memantau aktivitas jaringan secara real-time untuk mendeteksi anomali yang mencurigakan.
Ketiga, tingkatkan literasi keamanan siber di kalangan karyawan melalui pelatihan dan edukasi. Menurut Kaspersky, kesadaran karyawan adalah salah satu elemen penting dalam mencegah serangan siber. Platform seperti Kaspersky Automated Security Awareness dapat membantu bisnis memberikan pelatihan yang efektif dan berkelanjutan.
Membangun Ekosistem Digital yang Aman
Selain upaya internal, kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan penyedia solusi keamanan juga menjadi kunci untuk menciptakan ekosistem digital yang aman. Regulasi yang ketat dan akuntabilitas yang jelas atas insiden keamanan siber dapat membantu memperkuat sistem perlindungan di tingkat nasional.
Yeo Siang Tiong menegaskan pentingnya investasi dalam teknologi canggih seperti pusat operasi keamanan (SOC) dan sistem deteksi ancaman berbasis AI. Dengan pendekatan ini, bisnis dapat lebih proaktif dalam menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks. Kaspersky juga menawarkan layanan profesional untuk membantu bisnis mengoptimalkan perlindungan mereka tanpa perlu membangun tim keamanan TI internal yang besar.
Melalui langkah-langkah ini, diharapkan bisnis di Asia Tenggara dapat mengatasi tantangan keamanan siber dan memanfaatkan potensi penuh dari ekonomi digital. Keamanan siber bukan hanya soal perlindungan, tetapi juga tentang membangun kepercayaan yang menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di era digital.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




