Jakarta, Gizmologi โ Saham Grab terpeleset lebih dari 20% dalam debut perdananya di bursa saham Nasdaq Amerika Serikat. Ini menjadi pukulan pertama yang diterima setelah Grab memecahkan rekor merger perusahaan akuisisi dengan nilai hampir US$ 40 miliar.
Saham Grab terpeleset hingga 21% ke level US$ 8,75, menjadikan kapitalisasi pasar Grab berkurang menjadi US$ 34,6 miliar. Padahal, saham tersebut sempat dibuka menguat di level US$ 13,08 per saham pada awal perdagangan sekitar pukul 09.30 waktu AS atau 21.30 WIB, Kamis (2/12)
โHarga tidak ada bedanya bagi saya. Saya akan merayakan malam ini dan kembali bekerja besok,โ kata Kepala Eksekutif Grab, Anthony Tan, kepada Reuters sesaat setelah saham Grab mulai diperdagangkan. Tentu saja, tidak elok jika sang pendiri memberikan komentar yang memberi sentimen negatif terhadap perusahaan yang didirikan. Harus terlihat tetap optimis.
IPO Saham Grab di NASDAQ.

Sebagaimana diketahui, Grab melantai di bursa AS, setelah investor menyepakati merger perusahaan ride-hailing ini dengan perusahaan cek kosong atau special purpose acquisition company (SPAC), Altimeter Growth Corp. Perusahaan gabungan Grab dan Altimeter ini melantai di Nasdaq dengan kode saham GRAB.
Dalam IPO ini, GRAB diproyeksi menerima US$ 4,5 miliar atau setara Rp 64 triliun (kurs Jisdor 2 Desember 2021 Rp14.378 per dolar AS). Nasdaq memperkirakan IPO Grab menjadi IPO terbesar melalui SPAC sepanjang tahun ini.
Keputusan untuk menjadi perusahaan publik didorong oleh kinerja keuangan yang solid pada tahun 2020, meskipun di tengah ancaman pandemi. Perusahaan mencatatkan GMV (Gross Merchandise Value) sekitar US$12,5 miliar pada tahun 2020, meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun 2018. Grab juga telah menjadi pemimpin kategori untuk layanan-layanan utamanya di Asia Tenggara.
Dengan segmen utama pada layanan pengantaran, transportasi, dan keuangan, perusahaan memprediksi total pasarnya yang disasar akan berkembang dari sekitaran US$52 miliar pada tahun 2020 menjadi US$180 miliar pada tahun 2025 nanti.
Baca Juga: Merger dengan SPAC Altimeter, Grab Bersiap IPO di Bursa Saham Amerika Serikat
Kinerja Grab
Meski kinerjanya dari sisi GMV meningkat, hingga saat ini, Grab masih belum mampu menghasilkan keuntungan. Pendapatannya untuk kuartal ketiga 2021 malah tercatat turun 9% menjadi US$ 157 juta karena peningkatan kasus pandemi virus corona di kasus Asia Tenggara dan lockdown yang dilakukan di Vietnam menekan operasi ride-hailing, sementara volume pengiriman makanan meningkat.
Gross merchandise value (GMV) atau nilai total transaksi, naik 32% menjadi US$ 4,04 miliar dari periode yang sama tahun lalu. Grab mengatakan kenaikan nilai GMV dari segmen pengiriman mengimbangi penurunan yang terjadi dari segmen mobilitasnya, yang terkena dampak pembatasan terkait pandemi di tengah penyebaran varian Delta.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.



