Jakarta, Gizmologi – Penangkapan CEO Telegram, Pavel Durov yang terjadi pada Sabtu (24/8), akhirnya ditanggapi langsung oleh pihak perusahaan. Diketahui alasan Durov ditangkap sebagai investigasi awal terhadap pendekatan aplikasi yang lemah terhadap moderasi dan kegagalan untuk mengekang aktivitas kriminal.
Tanggapan Telegram mengenai hal tersebut dibagikan lewat sosial media X. Perusahaan mengatakan CEO Durov tidak memiliki sesuatu yang disembunyikan.
Selanjutnya dalam tanggapan Telegram juga terdapat pembelaan lainnya yang bermakna, bahwa adanya aksi ilegal di platformnya bukan berarti salah platform tersebut. Sebagai aplikasi, perusahaan merasa telah mematuhi hukum Uni Eropa, termasuk Undang-Undang Layanan Digital.
Baca Juga: Cara Back Up Data Telegram, Imbas Ditangkapnya Pavel Durov
Telegram Sedang Menunggu Penyelesaian Penangkapan CEO Durov

Melansir Engadget, tanggapan Telegram juga mengatakan moderasi aplikasinya berada dalam standar industri dan terus meningkat. Menurut BBC, kekhawatiran dari penyelidikan saat ini termasuk kegagalan aplikasi untuk menindak perdagangan narkoba, materi pelecehan seksual terhadap anak, dan aktivitas penipuan.
Durov pun telah ditahan setelah tiba di bandara Le Bourget dengan menggunakan jet pribadi. Sebagai orang yang berasal dari Rusia, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa kedutaan besarnya di Paris sedang mengklarifikasi situasi di sekitar Durov dan meminta organisasi non-pemerintah Barat untuk menuntut pembebasannya.
NPR melaporkan bahwa pernyataan dari kantor kejaksaan Paris akan dirilis pada hari Senin. “Kami sedang menunggu penyelesaian yang cepat atas situasi ini,” kata Telegram dalam pernyataannya.
Telegram adalah salah satu platform media sosial paling populer di dunia, dan digunakan secara luas di beberapa bagian Eropa dan Asia. Durov mengatakan pada awal tahun ini bahwa aplikasi pesan instan miliknya telah memiliki hampir satu miliar pengguna aktif bulanan. Aplikasi ini menggunakan enkripsi end-to-end dan mendukung grup yang berisi puluhan ribu anggota, memungkinkan berbagi informasi secara massal dan konten yang tidak disensor.

Aplikasi Telegram merupakan hasil karya Durov dan saudaranya di tahun 2013. Pria kelahiran Rusia ini meninggalkan negara asalnya pada 2014 dan menolak memenuhi tuntutan pemerintah untuk menutup komunitas-komunitas oposisi di platform media sosial VKontakte miliknya, yang kemudian ia jual.
CEO Durov mengatakan kepada jurnalis AS, Tucker Carlson, pada bulan April, “Saya lebih suka bebas daripada menerima perintah dari siapa pun.”
Setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 2022, aplikasi perpesanan ini telah menjadi sumber utama konten tanpa filter yang terkadang grafis dan menyesatkan. Tak hanya satu pihak saja, hal ini dilakukan oleh kedua belah pihak tentang perang dan politik di sekitar konflik.
Kejadian ini membuat analis menyebut aplikasi perpesanan tersebut telah menjadi medan perang virtual untuk perang yang banyak digunakan oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy dan para pejabatnya, serta pemerintah Rusia. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk menghindari pengawasan resmi juga menjadi salah satu dari sedikit tempat di mana orang Rusia dapat mengakses berita independen tentang perang setelah Kremlin meningkatkan pengekangan terhadap media independen setelah invasinya ke Ukraina.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




