Jakarta, Gizmologi – Konon halving day merupakan peristiwa yang paling dinantikan para investor aset kripto. Sebenarnya apa sih halving day itu dan apa saja manfaatnya?
Berdasarkan informasi resmi yang diterima Gizmologi dari Ajaib, Jumat (16/6/2023), halving day merupakan perisitwa di mana hadiah (reward block) dalam protokol kripto mengalami pengurangan setengah atau 50%. Hal ini berarti bahwa jumlah koin baru yang dibuat sebagai hadiah bagi penambang (miners) dikurangi separuhnya.
Halving day dalam aset kripto dilakukan pertama kali oleh Bitcoin. Halving day pertama yang terjadi pada aset kripto Bitcoin pada tahun 2012 yang ditandai dengan pengurangan reward bagi para penambang Bitcoin menjadi 25 bitcoin.
Kemudian, pada halving day kedua pada 2016, reward berkurang menjadi 12,5 bitcoin. Halving day yang ketiga pada 11 Mei 2020, reward para penambang dikurangi menjadi 6,25 BTC. Jika tetap mengikut histori halving, maka halving berikutnya akan terjadi pada 2024 mendatang dengan reward penambang menjadi 3,125 BTC.
Menurut Panji Yudha, Financial Expert Ajaib Kripto, halving day Bitcoin ditunggu oleh para investor karena mampu meningkatkan kondisi pasar, karena Bitcoin masih jadi penggerak utama dalam market aset kripto.
“Proses halving dilakukan untuk mengendalikan laju penambahan Bitcoin baru dan menjaga agar pasokan Bitcoin yang beredar tetap terjaga, sehingga terhindar dari inflasi. Penurunan reward pada halving day akan Bitcoin menjadi lebih langka,” ujarnya.
Panji melanjutkan, saat ini Bitcoin yang tersedia sebanyak 91% di seluruh dunia dengan jumlah sekitar 19 juta Bitcoin dan supply Bitcoin telah ditetapkan sebanyak 21 juta Bitcoin yang diperkirakan akan selesai ditambang pada 2140 mendatang.
“Sesuai dengan prinsip ekonomi, berkurangnya produksi Bitcoin dan meningkatnya permintaan Bitcoin akan meningkatkan harga Bitcoin membuat investor harus bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk mendapatkan Bitcoin,” imbuhnya Panji.
Memanfaatkan Halving Day Biar Cuan
Jika diruntut berdasarkan data historisnya setelah halving day 2016, Bitcoin mencapai all-time high (ATH) baru pada Desember 2017, dengan harga mencapai sekitar US$20.000. Kemudian, saat halving day tahun 2020, Bitcoin mencapai ATH baru pada bulan April 2021, dengan harga sekitar US$64.000. Nilai ini meningkat sebesar lebih dari 200% dari ATH sebelumnya.

Untuk saat ini, sejak 2022 menurut Panji aset kripto tengah mengalami fase bearish yang umum terjadi setelah Bitcoin mengalami level tertinggi sepanjang masa. Fase ini telah terjadi setiap 4 tahun sekali dan sudah tercatat sebelumnya pada tahun 2014 dan 2018.
Berdasarkan analisanya, tahun 2023 ini merupakan momentum yang tepat bagi investor aset kripto untuk melakukan akumulasi aset kripto yang saat ini harganya relatif rendah. Panji menyarankan investor aset kripto untuk mulai melakukan investasi dengan metode dollar cost averaging (DCA).
“Metode ini adalah melakukan investasi dalam jumlah nominal yang sama secara rutin dan proporsional ke dalam aset kripto dalam rentang waktu tertentu. Metode ini sangat cocok untuk investasi jangka panjang, karena berpotensi menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi dan memberikan keuntungan kumulatif yang stabil,” katanya.
Dia juga menyarankan para investor aset kripto melakukan diversifikasi portofolio dan diingatkan untuk mengelola manajemen risiko dalam trading aset kripto yang memiliki volatilitas tinggi.
Baca juga: Fitur Baru Ajaib, Bikin Trader Saham Makin Cepat Cuan
Para investor sebaiknya mengalokasikan sebagian dari investasi ke aset kripto lainnya, seperti Litecoin, Ethereum, atau aset lain yang dapat memberikan peluang keuntungan potensial selama periode halving day. Mereka juga harus memahami tren pasar dan fundamental kripto untuk membantu dalam membuat keputusan investasi yang lebih baik,” pungkasnya.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




