Jakarta, Gizmologi โ Teknologi baru, selain mendatangkan manfaat, sering juga mendisrupsi tatanan kehidupan yang sudah lama mapan. Salah satu yang terbaru adalah kecerdasan buatan atau lebih dikenal dengan AI (Artififical Intelligence). Teknologi AI berkembang dengan sangat masif, dipicu dengan hadirnya ChatGPT.
Platform chatbot besutan OpenAI tersebut disebut-sebut berpotensi mendisrupsi berbagai sektor, seperti para jurnalis, penulis, hingga kalangan pendidikan. Betapa tidak, dengan teknologi ini murid bisa meminta ChatGPT mengerjakan hampir segala tugas sekolah, terutama yang berbasis teks.
Di sisi lain, berbagai peluang baru bermunculan dengan hadirnya AI. Ini yang membuat pegiat teknologi di Indonesia sangat antusias begitu mengetahui CEO OpenAI Sam Altman berkunjung ke Tanah Air. Pekan lalu, di Hotel Indonesia Kempinski, digelar ajang bertajuk โConversation with Sam Altmanโ yang digelar GDP Venture bersama Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA).
Kekhawatiran Nadiem dengan ChatGPT

Di acara tersebut, Nadiem mengungkapkan, belakangan banyak guru yang khawatir dengan keberadaan ChatGPT. Tak hanya di Indonesia, tapi juga hampir di seluruh penjuru dunia. Menanggapi pernyataan ini, Sam Altman menjelaskan, sejarah dunia pendidikan memang kerap berubah seiring ditemukannya teknologi baru.
โEdukasi tentu akan berubah secara dramatis mengikuti perkembangan teknologi. Itu terjadi beberapa kali sebelumnya dalam sejarah dunia Pendidikan,โ ujar Altman.
Alih-alih menolaknya, menurut Sam Altman, sikap terbaik adalah mencoba beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Maklum, kemajuan teknologi hampir tak mungkin dibendung. โJustru kita harus merangkul teknologi tersebut untuk meningkatkan kemampuan, kreativitas, dan potensi dari manusia yang lebih baikโ tutur Altman.
Altman juga menyebutkan bahwa menulis akan tetap penting, tetapi kemungkinan besar akan dievaluasi dan diajarkan dengan cara berbeda yang menghargai proses berpikir dan memunculkan ide-ide baru dengan bantuan alat AI yang beroperasi pada level yang lebih tinggi.
Visi Altman Terhadap Masa Depan AI

Di ajang tersebut, Sam Altman membahas visinya untuk masa depan AI, di mana beberapa sistem AI digunakan untuk berkontribusi secara kolektif kepada masyarakat, dan individu memiliki akses ke asisten AI pribadi mereka sendiri. Altman percaya bahwa model bahasa yang besar akan memungkinkan kemajuan ilmiah dengan memfasilitasi penemuan pengetahuan baru yang akan mengarah pada peningkatan kualitas hidup manusia yang berkelanjutan.
Dia menyarankan paradigma penelitian baru yang mengajarkan model AI untuk melakukan lebih dari sekadar membaca buku teks dan malah menghasilkan ide-ide baru yang belum ada. Terakhir, Altman membahas masalah menyelaraskan model AI dan menentukan batasannya, yang dia lihat sebagai masalah dua bagian.
Sam juga membahas pentingnya memecahkan masalah penyelarasan dan tantangan untuk memutuskan siapa yang harus memutuskan nilai yang harus diselaraskan dengan sistem AI. Masalah penyelarasan terlihat jelas saat meluncurkan GPT-3, dan tujuannya adalah agar GPT-4 berperilaku seperti yang dirancang hampir sepanjang waktu. Kesulitannya sekarang terletak pada memutuskan seperti apa aturan umumnya, dan OpenAI berencana untuk menyerahkan pengambilan keputusan ini secara demokratis kepada dunia dan menghormati kerangka hukum yang berbeda.
Ia juga mengungkapkan minat OpenAI dalam meningkatkan dukungan bahasa dan sumber daya untuk Bahasa Indonesia dan bahasa dan dialek kecil lainnya. Mereka berharap dapat berkolaborasi dengan Indonesia dengan menyediakan kumpulan data dan bekerja sama untuk melatih model-model ini.
Penjelasan Altman diamini Ketua Korika Hammam Riza, sebagai moderator acara. Hamam mengatakan, tak ada pilihan lain bagi masyarakat selain menghadapi perkembangan Artificial General Intelligence (AGI). Caranya adalah dengan melengkapi diri dengan strategi yang tepat dan terukur.
Hammam juga mengungkapkan Indonesia saat ini memiliki Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia. Strategi ini diterapkan antara lain dalam pembangunan manusia, penguasaan sains dan teknologi, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pembangunan yang adil, serta penguatan ketahanan nasional dan tata kelola. Dengan AI, proses pembangunan ini bisa terakselerasi signifikan.
Seperti diketahui, teknologi AGI dibuat untuk mempermudah kebutuhan manusia. ChatGPT misalnya, menggunakan pendekatan deep learning untuk menghasilkan teks, dan bekerja dengan cara mempelajari pola bahasa manusia dari berbagai sumber data (teks) di internet. Pengembangan teknologi tersebut dikenal sebagai Generative Pre-Trained Transformer (GPT). Dari teknologi itulah chatbot cerdas tersebut dinamai.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.



