Jakarta, Gizmologi – Disrupsi AI membuat industri musik nampaknya terganggu, sekelompok 200 musisi menandatangani sebuah surat terbuka kepada perusahaan teknologi dan developer. Surat terbuka ini mengatakan kepada pemain industri teknologi untuk tak merusak kreativitas manusia dengan alat penghasil musik AI.
Tak aneh jika mereka meminta hal ini, karena semenjak hadirnya disrupsi AI semua menjadi lebih mudah. Disupsi AI mengubah keadaan dimana melahirkan model AI untuk menghasilkan musik, karya seni, dan tulisan dengan berbekal kumpulan data yang sangat besar dari karya yang sudah ada.
Sedangkan untuk meminta platform menghapus karya kamu dari model-model yang telah dibaca cukup menghabiskan waktu. Surat terbuka ini ditandatangani oleh artis-artis populer dengan karya lagu mereka.
Baca Juga: realme C65 Rilis di Vietnam, Punya Dynamic Button & AI Boost Khusus
Keresahan Hadirnya Disrupsi AI pada Musisi Datang Karena Teknologi Baru Adobe

Melansir Tech Crunch, daftar artis yang menandatangani surat ini sangat lengkap dan luas sehingga bisa menjadi lineup Coachella yang hebat. Seperti Billie Eilish, Bob Marley, Chappell Roan, Elvis Costello, Greta Van Fleet, Imagine Dragons, Jon Bon Jovi, Jonas Brothers, Kacey Musgraves, Katy Perry, Mac DeMarco, Miranda Lambert, Mumford & Sons, Nicki Minaj, Noah Kahan, Pearl Jam, Sheryl Crow, dan Zayn Malik.
Adapun isi surat terbuka ialah, “ketika digunakan secara tidak bertanggung jawab, AI menimbulkan ancaman yang sangat besar terhadap kemampuan kita untuk melindungi privasi, identitas, musik, dan mata pencaharian kita.”
Surat ini juga menjelaskan bahwa beberapa perusahaan terbesar dan terkuat, tanpa izin, menggunakan karya kami untuk melatih model AI. Bagi banyak musisi, artis, dan penulis lagu yang bekerja dan hanya berusaha memenuhi kebutuhan hidup, hal ini akan menjadi bencana besar.
Usut punya usut, Adobe dan Stability AI sedang mengerjakan generator musik AI yang menggunakan musik berlisensi atau bebas royalti. Namun, alat ini pun dapat berdampak negatif pada artis yang membuat musik untuk iklan TV atau musik lain yang mungkin dilisensikan oleh artis untuk karyanya.
Secara historis, musisi selalu dirugikan ketika teknologi semakin canggih tak hanya ketika hadirnya disrupsi AI. Pertama, berbagi file yang memudahkan untuk mendapatkan musik secara gratis. streaming muncul sebagai jawaban untuk masalah tersebut, namun bukan jawaban yang memuaskan para seniman.
Union of Musicians and Allied Workers (UMAW) telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan pembayaran streaming yang lebih baik untuk para artis. Bahkan untuk sekelas Spotify, para artis memperkirakan tingkat royalti streaming rata-rata sekitar $0,0038, atau sekitar seperempat sen. Jadi masuk akal jika para musisi tetap skeptis terhadap teknologi yang sedang berkembang ini.
Selain Musisi, Penulis juga Rugi dengan Kehadiran Disrupsi AI

Para penulis juga telah mengambil sikap menentang kemunculan disrupsi AI. Pada bulan Juli, lebih dari 15.000 penulis – termasuk James Patterson, Michael Chabon, Suzanne Collins, Roxane Gay, dan lainnya – menandatangani surat terbuka yang serupa. Surat ini ditujukan kepada CEO OpenAI, Alphabet, Meta, Stability AI, IBM, dan Microsoft.
“Teknologi ini meniru dan memuntahkan kembali bahasa, cerita, gaya, dan ide kita. Jutaan buku, artikel, esai, dan puisi yang memiliki hak cipta menyediakan ‘makanan’ untuk sistem AI, makanan tanpa akhir yang belum ada tagihannya,” demikian bunyi surat dari para penulis.
Tapi perusahaan-perusahaan teknologi tersebut nampaknya tidak mendengarkan. Buktinya saat ini kamu masih bisa menggunakan ChatGPT dan memintanya untuk membuat sebuah kutipan dengan gaya Margaret Atwood. Meski hasilnya belum tentu bagus, tapi menunjukkan model bahasa yang besar telah mempelajari “The Handmaid’s Tale” dan bisa mengeluarkan versi yang dibawah itu.
Selain itu, hukum hak cipta yang belum canggih dalam menangani AI generatif, juga menjadi masalah. Sehingga jalur hukum tak berguna pada saat ini untuk memerangi disrupsi AI.
“Serangan terhadap kreativitas manusia ini harus dihentikan,” demikian isi surat dari para musisi tersebut. “Kita harus melindungi dari penggunaan AI yang bersifat predatoris untuk mencuri suara dan kemiripan suara artis profesional, melanggar hak-hak pencipta, dan menghancurkan ekosistem musik.”
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




