Jakarta, Gizmologi – Memanasnya situasi konflik antara Rusia dan Ukraina, membuat sejumlah platform media sosial mengambil tindakan cepat untuk mengamankan pengguna mereka. Baik Facebook dan Twitter melakukan sekurity protokol agar meminimalisir penyebaran disinformasi konflik Rusia dan Ukraina.
Melansir dari Engadget, Meta, perusahaan induk Facebook menjelaskan langkah tersebut diambil guna melindungi penggunanya di negara tersebut. Sekaligus meminimalisir penyebaran konten bernada provokatif dan disinformasi.
“Saat profil mereka dikunci, orang-orang yang bukan temannya tidak dapat mengunduh atau membagikan foto profil mereka atau melihat postingan di linimasa mereka,” ungkap Kepala Kebijakan Keamanan Meta Nathaniel Gleicher, Jumat (25/2/2022).
Dijelaskan, Gleicher,Perusahaan Induknya juga mengambil langkah cepat dengan mendirikan pusat operasi khusus untuk memantau konflik yang berlangsung di Ukraina. Laman pusat informasi ini dikelola oleh tim khusus untuk membagikan informasi dengan cermat,
5/ Read more about it on our help center (available in English, Ukrainian and Russian based on your language setting): https://t.co/MW9EDRWWLr
— Nathaniel Gleicher (@ngleicher) February 24, 2022
Propaganda dan Disinformasi Konflik Rusia vs Ukraina

credit foto: oleg_mit/pixabaySelain Facebook, langkah serupa juga dilakukan oleh perusahaan media sosial lainnya yaitu Twitter. Jejaring microbloging tersebut membagikan sejumlah kiat agar pengguna mereka yang berada di Ukraina dapat mengamankan akun mereka dari peretasan, atau memastikan tweet mereka bersifat pribadi dan hanya dapat dilihat oleh pengikut.
“Saat menggunakan Twitter dalam konflik atau area berisiko tinggi lainnya, Anda perlu tahu cara mengelola profil dan informasi digital Anda. Menyiapkan otentikasi dua faktor memastikan bahwa orang luar tidak dapat mengakses profil Anda,” tweet @TwitterSafety.
Facebook dan Twitter memang kerap menjadi platform media sosial yang paling sering digunakan aktivis politik hingga peneliti untuk membagikan informasi penting di masa krisis. Tak terkecuali mengenai invasi Rusia ke Ukraina yang terjadi pada Kamis (24/2) kemarin.
You can also enable or disable location settings at the device level.
Here’s how:https://t.co/rWolLtgRNB
— Twitter Safety (@TwitterSafety) February 24, 2022
Baca Juga: Ambyar Harga Bitcoin dan Ethereum Terdampak Konflik Rusia vs Ukraina
Ada banyak kekhawatiran yang muncul terutama terkait penyebaran disinformasi tentang konflik di media sosial. Terlebih ketika agresi militer Rusia di Ukraina meningkat pada Kamis kemarin, sejumlah akun buzzer Rusia berupaya untuk menyebarkan disinformasi dan propaganda di internet.
“Kami melihat propaganda membanjiri media sosial. Ini bisa bermacam-macam bentuknya, dapat mencoba mengambil video di luar konteks dan mengklaimnya sebagai sesuatu yang lain. Itu bisa menunjukkan serangan Rusia lebih kuat dari yang sebenarnya,” ujar Peneliti Senior di Pusat Media, Politik, dan Kebijakan Publik Universitas Harvard Shorenstein, Jane Lytvynenko.
Sejauh ini, tagar “#Rusia” dan “Ukraina” terus bermunculan di platform sosial media, bahkan jumlah masing-masing telah mencapai lebih dari 37,2 miliar dan 8,5 miliar tagar dalam setiap penelusuran.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.



