Jakarta, Gizmologi – Huawei meresmikan kerja sama dengan PLN Nusantara Power lewat penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) di Jakarta (22/11). Kerja sama kedua perusahaan mencakup pelaksanaan Proof of Concept dan penelitian tentang sistem penyimpanan energi baterai (BESS) dalam skenario jaringan mikro (micro-grid).
MoU juga terjalin dengan PLN Suku Cadang dan PLN Nusa Daya untuk mengembangkan sistem hibridisasi di Indonesia.
Penandatanganan MoU dilaksanakan oleh Direktur Utama PLN Nusantara Power Ruly Firmansyah, Direktur Utama PLN Suku Cadang Tommy Haposan, Direktur Utama PLN Nusa Daya Feby Joko Priharto, dan Jin Song, CEO Huawei Indonesia Digital Power.
Setidaknya dalam lima tahun terakhir Huawei Digital Power telah bekerja sama dengan mitra strategisnya untuk mendukung pengembangan energi hijau di Indonesia. Implementas kerja sama tersebut tampak lewat pembangunan lebih dari 600 pembangkit listrik tenaga surga dan menghasilkan lebih dari 74 Mega Watt listrik.
Di sisi lain Huawei terus berkomitmen untuk mendorong pemanfaatan teknologi digital yang sedang berkembang, seperti 5G, komputasi awan, AI, dan big data, sebagai landasan penting bagi industri tenaga listrik dalam mempercepat babak baru revolusi teknis global.
Baca juga: Huawei Perkuat Sinergi Demi Wujudkan Indonesia Hijau yang Digital
Komitmen Huawei dalam Arsitektur Teknis untuk Masa Depan

Momen penandatanganan MoU berlangsung di sela perhelatan Electricity Connect 2024 yang bertema: Go Beyond Power: Energizing the Future, yang diselenggarakan oleh Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI), bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Day Mineral (ESDM) dan PLN.
“Berbagai upaya menuju netralitas karbon akan mendorong pertumbuhan yang cepat dalam energi dan elektrifikasi hijau,” terang Jason Li President of Global Marketing and Solutions for Huawei Electric Power Digitalization Business Unit.
Data awal perusahaan menunjukkan bahwa kapasitas PV surya yang terpasang di Indonesia telah mencapai sekitar 717,7 MW, dan jumlah kendaraan listrik yang terdaftar juga berlipat ganda, mencapai 2.704 unit, dengan target tingkat penyelesaian sebesar 261%. Rangkaian perubahan ini menghadirkan tantangan besar bagi perusahaan listrik, terutama di sisi distribusi.
Guna mengatasi tantangan tersebut, Jason menyarankan pembangunan infrastruktur digital yang solid dengan menekankan pentingnya membangun arsitektur teknis yang berorientasi pada masa depan, terbuka, dan berkelanjutan, serta memperkenalkan Intelligent Distribution Solution (IDS) dari Huawei.
“IDS didasarkan pada arsitektur cloud-pipe-edge-pipe-device, yang memungkinkan peralihan
dari digitalisasi satu titik ke digitalisasi yang terbuka, berkelanjutan, dan sistematis,” tambah Jason.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




