Jakarta, Gizmologi โ Princeton Digital Group (PDG)ย resmi memulai pembangunan kampus pusat data hyperscale bernama JC3 di kawasan Greenland International Industrial Center (GIIC), Bekasi. Langkah ini bukan sekadar ekspansi, melainkan bentuk taruhan besar terhadap masa depan transformasi digital Indonesia.
Dengan kapasitas 120 MW dan investasi mencapai US$1 miliar, JC3 dirancang sebagai salah satu fasilitas terbesar dan paling canggih di Indonesia. Namun, hadirnya kampus pusat data besar juga membawa pertanyaan: seberapa besar manfaatnya bagi ekosistem digital lokal, dan apakah ada potensi tantangan dalam implementasinya?
Di satu sisi, JC3 berpotensi memperkuat daya tarik Indonesia sebagai hub data center regional. Di sisi lain, isu pemenuhan energi, kesiapan infrastruktur, hingga komitmen keberlanjutan tetap menjadi poin yang perlu diperhatikan. Kombinasi faktor inilah yang membuat pembangunan JC3 menjadi langkah penting dan patut diamati.
Fasilitas Hyperscale dengan Standar Masa Depan Cloud dan AI

Kampus data center JC3 hadir dengan skala yang tidak main-main. Dengan kapasitas 120 MW, fasilitas ini disiapkan khusus untuk melayani beban kerja hyperscale, mulai dari cloud computing, layanan digital raksasa, hingga kebutuhan AI generasi terbaru. Princeton Digital Group juga menyebut bahwa JC3 menggunakan pendekatan modular, sehingga pengembangannya bisa dipercepat dan skalanya dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan pasar.
Salah satu aspek yang cukup menarik adalah dukungan pasokan listrik dual-grid dari PLN, yang diklaim sudah dijanjikan secara penuh untuk operasional fasilitas ini. Komitmen tersebut penting, mengingat pasokan daya menjadi salah satu tantangan utama bagi data center berskala besar. Namun, seperti banyak fasilitas data center lain, realisasi penyediaan daya dalam skala besar tetap menjadi tantangan tersendiri yang tidak selalu mulus.
Selain itu, JC3 juga merupakan fasilitas carrier-neutral, yang memungkinkan konektivitas ke berbagai jaringan serat optik, internet exchange, dan operator telekomunikasi utama. Konektivitas yang terbuka seperti ini biasanya menjadi keunggulan tersendiri karena memberi fleksibilitas bagi pelanggan, baik perusahaan lokal maupun internasional.
Dengan fase pertama yang ditargetkan siap beroperasi pada kuartal IV 2026, proyek ini memang didorong dengan kecepatan tinggi. Dari perspektif industri, timeline cepat seperti ini bisa sangat menguntungkan bagi perusahaan yang ingin segera mengadopsi AI atau memperluas kapasitas komputasi mereka.
Komitmen Keberlanjutan dan Tantangan Implementasi
Princeton Digital Group menegaskan bahwa JC3 dibangun sejalan dengan komitmen mereka terhadap target Net Zero 2030. Hal ini tercermin dalam penggunaan sumber energi terbarukan, pendinginan direct-to-chip, serta targeting sertifikasi LEED untuk memastikan efisiensi energi dan standar lingkungan yang ketat. Dengan pendinginan cair generasi baru, JC3 diklaim mampu menangani beban kerja berdensitas tinggi sambil tetap menjaga efisiensi daya.
Pendekatan ramah lingkungan seperti ini memang menjadi standar baru di dunia data center global. Namun, tantangan terbesar biasanya muncul di sisi implementasi, terutama terkait ketersediaan energi hijau dalam jumlah besar di Indonesia.
Meski sudah ada beberapa sumber energi terbarukan seperti biomassa yang sebelumnya digunakan PDG di fasilitas JC2ย skala kebutuhan untuk 120 MW tentu jauh lebih tinggi. Tantangan ini bukan mustahil diatasi, tetapi akan membutuhkan ekosistem energi yang lebih matang.
Dari sisi pasar, kehadiran JC3 membuat total kapasitas Princeton Digital Group di Indonesia mencapai sekitar 230 MW. Ini memperkuat posisi mereka sebagai salah satu pemain data center terbesar dan paling tepercaya di Indonesia. Peningkatan kapasitas sebesar ini bisa menguntungkan bagi ekosistem digital lokal, karena menyediakan infrastruktur yang dapat menopang perkembangan ekonomi digital jangka panjang.
Namun, di tengah persaingan yang semakin ramai, termasuk dari pemain global lain yang juga membangun fasilitas besar seperti pasar data center Indonesia tetap menghadapi tantangan seperti regulasi yang terus berkembang, tuntutan keamanan data, hingga kesiapan supply chain konstruksi. Oleh karena itu, meski JC3 membawa banyak potensi positif, keberhasilannya tetap bergantung pada eksekusi dan kolaborasi lintas sektor.
Pada akhirnya, pembangunan kampus JC3 mencerminkan keyakinan Princeton Digital Group terhadap masa depan digital Indonesia yang semakin tumbuh. Dengan dukungan teknologi modern, kapasitas besar, dan komitmen keberlanjutan, JC3 bisa menjadi fondasi penting untuk memperkuat kemampuan komputasi cloud dan AI di Indonesia.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.



