Jakarta, Gizmologi โย Sektor e-commerce di Indonesia saat ini tengah menjadi pusat perhatian. Seiring dengan berbagai polemik yang berkecamuk, Pemerintah akhirnya memastikan media sosial yang merangkap platform perdagangan (social commerce) seperti TikTok Shop resmi dilarang berjualan dan melayani transaksi di Indonesia.
Hal ini bermula dari keresahkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia -termasuk pedagang Tanah Abang yang jadi sorotan โ yang barang jualannya sepi gara-gara social commerce. Namun, riset terbaru menunjukkan hal menarik.
Baca juga:ย Dilarang Jadi Social Commerce, TikTok Khawatirkan Nasib 7 Juta Kreator Affiliate
Katadata Insight Center dan platform social commerce Evermosย hari ini (2/10) meluncurkan laporan yang mengidentifikasi pola dan perilaku konsumen dan brand lokal guna memberikan wawasan mengenai pertumbuhan merek lokal di Indonesia. Laporan yang berjudul โBeyond the Digital Frontier: Bagaimana Saluran Offline Memacu Kemajuan Merek Lokalโ menemukan bahwa saluran offline masih memiliki persepsi yang lebih positif di kalangan konsumen dibandingkan dengan saluran online, meskipun pada dekade terakhir ini e-commerce memberikan dampak besar pada perekonomian.
Menurut Ghufron Mustaqim, Co-Founder dan CEO Evermos, sektor e-commerce di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat selama satu dekade lalu, apalagi di tengah pandemi Covid-19. โNamun laporan ini menunjukkan bahwa e-commerce masih belum melampaui signifikansi ritel tradisional, terlihat dari hanya satu dari tiga masyarakat Indonesia yang aktif menggunakan e-commerce,โ kata Ghufron.
Dijelaskan lebih lanjut, laporan ini mengidentifikasi strategi merek-merek lokal yang berhasil berkembang menjadi merek nasional, dengan harapan temuan yang diperoleh dapat membantu merek-merek yang sedang naik daun mencapai kesuksesan di tengah pasar dengan persaingan yang semakin jenuh.
Tantangan UMKM di Era Digital

Meskipun dibantu pertumbuhan e-commerce yang pesat, UMKM masih menghadapi banyak tantangan dalam perkembangan bisnisnya. UMKM mencakup 99% bisnis di Indonesia dan menyumbang 61,9% terhadap total PDB Indonesia pada tahun 2022, namun banyak bisnis yang kesulitan bersaing dengan pemain besar karena faktor-faktor seperti terbatasnya inovasi, terbatasnya akses pasar, dan kesulitan dalam meningkatkan skala usaha. Walau UMKM telah menerapkan upaya transformasi digital dan saluran distribusi online, kesulitan yang mereka hadapi saat berekspansi ke kota-kota kecil di Indonesiaโyang merupakan rumah bagi sekitar 87% penduduk Indonesiaโmasih belum terselesaikan.
Sementara itu Gundy Cahyadi, Direktur Riset Katadata Insight Centre mengatakan laporan ini menunjukkan pola yang konsisten di antara merek-merek unggulan nasional: semakin besar suatu merek tumbuh, semakin besar pula kontribusi dari saluran offline. Meskipun saluran online penting untuk pertumbuhan di era digital, market leader adalah merek yang memiliki akar kuat di saluran offline.
โMerek-merek terkemuka yang diakui secara nasional menyadari pentingnya memiliki strategi connected commerce, sehingga memudahkan konsumen untuk berpindah antara saluran online dan offline secara terintegrasi. Oleh karena itu, merek-merek yang sedang naik daun tidak boleh mengabaikan manfaat saluran offline terhadap kinerja bisnis, mengingat dinamika pasar di Indonesia,โ kata Gundy.
Laporan ini juga berfungsi sebagai panduan bagi bisnis lokal untuk memahami metode yang telah terbukti dapat diterapkan sepanjang proses pertumbuhan mereka, dengan mengidentifikasi merek-merek lokal yang telah berhasil berkembang menjadi merek nasional dan menganalisis persamaan dan perbedaan dari merek-merek baru dan merek nasional.
Studi ini menghasilkan lima kesimpulan utama:
- E-commerce, meskipun berdampak besar dan menjadi fokus perhatian dalam dekade terakhir, masih merupakan bagian kecil dari perekonomian Indonesia. Dua dari tiga masyarakat Indonesia bukan pengguna aktif e-commerce.
- Konsumen pada umumnya lebih menyukai saluran offline dibandingkan saluran online, meskipun saluran online menawarkan pilihan harga yang lebih baik. Masih rendahnya faktor kepercayaan membuat non-pengguna tidak tertarik berbelanja online. Di antara non-pengguna e-commerce, 85% enggan berbelanja online karena kekhawatiran terhadap kualitas produk yang dijual online; 79% khawatir barang tidak sampai dalam kondisi baik; dan 79% khawatir akan penipuan dalam transaksi online.
- Merek-merek national champion, terutama yang memiliki penjualan tahunan melebihi Rp 500 miliar, telah membangun kehadiran yang kuat di saluran offline, dan secara konsisten mengungguli rekan-rekan online mereka. Meskipun semua merek national champion sepakat bahwa strategi multichannel sangat penting untuk brand awareness dan memandang saluran online dan offline sama pentingnya, merek-merek national champion tetap mempertahankan kehadiran offline yang kuat untuk memenuhi permintaan nasional, terutama di kota-kota tier rendah.
- Saluran offline tidak hanya berfungsi sebagai saluran distribusi. Saluran offline juga terbukti meningkatkan brand awareness dan loyalitas konsumen. Kesepuluh merek nasional yang diwawancarai sepakat bahwa saluran offline lebih efektif dalam menciptakan brand awareness. Merek yang ingin mempertahankan saluran online-nya dapat memanfaatkan connected commerce untuk memberikan kemudahan konsumen untuk memililih dan berpindah antara saluran offline dan online tanpa mengurangi experience belanjanya.
- Inovasi sangat penting untuk mempertahankan unique selling point suatu merek dan menciptakan dampak jangka panjang di benak konsumen, baik dari segi inovasi produk maupun strategi pemasaran. Meskipun 10 merek nasional yang diwawancarai sepakat bahwa inovasi adalah prioritas utama, hanya 16% dari merek-merek baru yang disurvei mengindikasikan inovasi sebagai pendekatan pertumbuhan yang disukai.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.



