Jakarta, Gizmologi – Pada Microsoft Build: AI Day, Satya Nadella, CEO Microsoft mengumumkan beberapa industri di Indonesia yang telah menggunakan teknologinya, Selasa (30/4/2024). Salah satu perusahaan tersebut ialah eFishery, unicorn dari Indonesia ini ternyata memiliki AI generatif sendiri bernama Mas Ahya.
Penambak udang, Andriyono, sebagai pengguna eFishery juga telah mencoba untuk berkomunikasi dengan Mas Ahya untuk membantu menjaga udangnya tetap sehat. Menurut Elsa Vinietta, Head of Aquaculture Platform and AI eFishery mengatakan udang merupakan hewan yang sensitif.
“Jika satu udang terkena virus, seluruh udang di tambak akan mati. Namun, ketika sebuah tambak dikelola dengan baik, tingkat kelangsungan hidup udang dapat meningkat dari 60 persen menjadi 90 persen,” ujar Elsa.
Baca Juga: eFishery Berhasil Ekspansi ke India, Ingin Peningkatan 10 Kali Lipat
Di balik Teknologi Mas Ahya, Chatbot eFishery yang membantu penambak

Setengah dari makanan laut dunia sekarang berasal dari akuakultur, praktik pertanian yang dilakukan di perairan. Dari 178 juta ton makanan laut yang diproduksi secara global pada tahun 2020, 51 persen ditangkap di laut dan danau, dan 49 persen dibudidayakan melalui akuakultur, menurut laporan yang diterbitkan pada tahun 2022 oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Indonesia adalah produsen akuakultur terbesar ketiga (tujuh persen dari pangsa global), setelah Tiongkok (35 persen) dan India (delapan persen). Pemerintah Indonesia memiliki target ambisius untuk mengembangkan sektor ini lebih jauh. Namun, seperti halnya di negara lain, degradasi lingkungan menjadi perhatian serius, yang menyebabkan munculnya seruan untuk menggunakan metode budidaya yang lebih berkelanjutan.
Tahun lalu, eFishery mulai menggunakan Azure IoT milik Microsoft untuk terhubung dan berkomunikasi dengan eFeeders dan alat pemantau kualitas air, mengumpulkan dan menganalisis data secara real time. Perusahaan juga mengembangkan Mas Ahya menggunakan Azure OpenAI Service sebagai antarmuka AI generatif bagi para pembudidaya untuk mendapatkan data – dan wawasan – berbekalkan keahlian dan praktik terbaik eFishery. Pembudidaya dapat mengajukan pertanyaan dan mendapatkan jawaban dalam bahasa yang mudah dimengerti, serta mampu memperoleh keahlian ini dalam genggaman tangan mereka kapan saja untuk memaksimalkan produksi.
Mas merupakan panggilan untuk laki-laki, sementara Ahya adalah gabungan kata ahli dan budidaya. Dapat diakses melalui aplikasi seluler, Mas Ahya merupakan pilot project eFishery untuk meningkatkan akses terhadap keahlian akuakultur menggunakan Microsoft Azure OpenAI Service.
“Kemampuan bahasa lokal Azure OpenAI Service menjadi daya tarik tersendiri – Mas Ahya saat ini tersedia dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, dan Bahasa Inggris. "Hal ini akan semakin menurunkan hambatan masuk bagi para pembudidaya kami,” kata Andri Yadi, VP AIoT & Cultivation Intelligence eFishery.
Andriyono beralih karier dari menanam padi ke menambak udang 10 tahun yang lalu dan penghasilannya dikatakan meningkat dari sebelumnya. Di bulan Februari saja, ia telah mengajukan berbagai pertanyaan dalam Bahasa Jawa kepada Mas Ahya. Pertanyaannya seperti, “Bagaimana kualitas air tambak saya?”, “Bagaimana kondisi planktonnya?”, hingga “Berapa harga udang di pasaran?”.\
Tujuan Kedepannya eFishery

eFishery didirikan pada tahun 2013 oleh Gibran Huzaifah, seorang mantan pembudidaya lele yang telah membuat sendiri alat pemberi makan otomatis berbasis Internet of Things (IoT) untuk mengatasi masalah yang sering terjadi, yaitu pemberian pakan ikan yang terkadang lebih atau kurang. Pemberian pakan yang berlebihan akan menghabiskan uang, dan pemberian pakan yang kurang akan menghasilkan ikan
berukuran kecil.
Tujuan eFishery ke depannya adalah membantu pembudidaya ikan dan petambak udang Indonesia mengadopsi praktik-praktik yang lebih berkelanjutan, dan membantu mereka mendapatkan sertifikasi dari organisasi-organisasi lokal maupun global seperti Best Aquaculture Practices (BAP) dan Seafood Watch yang berbasis di Amerika Serikat. Mas Ahya juga akan berperan dalam hal ini, memberikan informasi tentang mengapa keberlanjutan itu penting dan bagaimana sertifikasi dapat membuka pasar baru.
Hal ini termasuk menunjukkan kekurangan dan memberikan petunjuk rinci tentang infrastruktur dan praktik terbaik, seperti mengolah air limbah dari kolam serta tambak sebelum melepaskannya ke lingkungan. Tim eFishery juga sedang mempertimbangkan untuk menambahkan format gambar, video, dan format-format lainnya di Mas Ahya selain teks sederhana, kemungkinan menggunakan model GPT-4 Turbo with Vision dari Azure OpenAI Service. eFishery berpendapat fokus pada keberlanjutan dan teknologi membuat akuakultur lebih menarik bagi generasi baru.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




