Jakarta, Gizmologi โ Proyek Nimbus yang telah direncanakan oleh Amazon dan Google tak berpengaruh baik kepada khalayak banyak. Proyek ini bernilai investasi $1,2 miliar untuk memberikan layanan komputasi cloud, pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan (AI) kepadaa pemerintah dan militer Israel.
Diketahui Amazon dan Google memenangkan kontrak tersebut. Namun dengan adanya konflik Israel yang melakukan genosida kepada Palestina, No Tech for Apartheid (NOTA), sebuah koalisi pekerja teknologi pun menuntut kedua perusahaan besar tersebut untuk membatalkan kontrak mereka dengan pemerintah Israel.
Mereka membuat kampanye #NoTechForApartheid dalam website NOTA dan menunjukkan lebih dari 1.100 orang mengidentifikasi diri mereka sebagai mahasiswa STEM dan pekerja muda telah berjanji untuk menolak pekerjaan dari perusahaan-perusahaan tersebut. NOTA menargetkan untuk mengumpulkan 1.200 tanda tangan untuk kampanye ini.
Baca Juga: Cara Pesan GoFood di Google Search & Maps, Auto Cepet!
Proyek Nimbus Diyakinkan Tak Berkaitan Dengan Unsur Sensitif atau Militer

โSebagai anak muda dan mahasiswa di bidang STEM dan lainnya, kami menolak untuk menjadi bagian dari pelanggaran yang mengerikan ini. Kami bergabung dengan kampanye #NoTechForApartheid untuk menuntut Amazon dan Google agar segera mengakhiri Project Nimbus,โ demikian bunyi salah satu ikrar tersebut, mengutip Engagdet, Rabu (19/6/2024).
Seorang juru bicara Google sebelumnya membantah bahwa kontrak proyek Nimbus perusahaan berkaitan dengan beban kerja yang sangat sensitif, rahasia, atau militer yang relevan dengan senjata atau layanan intelijen.
Sebagai dua perusahaan teknologi terbesar di dunia, Google dan Amazon juga merupakan dua perusahaan yang paling banyak mempekerjakan lulusan STEM. Wired mengatakan bahwa para peserta kampanye ini termasuk mahasiswa sarjana dan pascasarjana dari Stanford, UC Berkeley, University of San Francisco dan San Francisco State University โ lembaga-lembaga yang terletak di negara bagian yang sama dengan markas besar Google.
NOTA juga telah mengorganisir aksi-aksi yang memprotes keterlibatan perusahaan-perusahaan teknologi dengan Israel di masa lalu, termasuk aksi-aksi duduk dan pengambilalihan kantor yang membuat Google memecat puluhan pekerjanya. Pada bulan Maret, salah satu organisatornya dipecat dari Google setelah menginterupsi salah satu eksekutifnya di sebuah konferensi teknologi Israel di New York dan dengan lantang menyatakan bahwa dia menolak untuk โmembangun teknologi yang mendukung genosida atau pengawasanโ yang berkaitan dengan proyek Nimbus.
Google Memecat 28 Karyawan yang Menentang Proyek Nimbus

Pembicaraan mengenai proyek Nimbus ini sudah dikatakan lama sejak 2021. Lalu pada April 2024 ini, Google dilaporkan telah memecat 28 karyawan yang terlibat dalam protes proyek Nimbus mereka. Hal ini menyusul penangkapan dan penangguhan sembilan karyawan pada tanggal 16 April dan pemecatan sebelumnya yang terkait dengan proyek yang sama bulan lalu.
Pekerja yang dipecat secara paksa ini sebelumnya telah menduduk kantor CEO Google Cloud, Thomas Kurian. Kepala keamanan global Google, Chris Rackow, mengatakan bahwa perusahaan tidak akan mentolerir insiden semacam itu dan memperingatkan bahwa perusahaan dapat mengambil tindakan lebih lanjut.
Adapun karyawan dalam suratnya mengatakan, โJika kamu salah satu dari sedikit orang yang tergoda untuk berpikir bahwa kami akan mengabaikan perilaku yang melanggar kebijakan kami, pikirkan lagi.
Sudah tiga tahun NOTA dan pekerja Google lainnya yang tak menyukai proyek Nimbus ini berupaya untuk mengorganisir dan menentang namun belum ada para eksekutif yang bersuara. Mereka beranggapan, para pekerja Google memiliki hak untuk memprotes secara damai tentang syarat dan ketentuan kerja mereka dan pemecatan yang dilakukan jelas merupakan tindakan pembalasan.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.



