Saat meluncurkan Apple Intelligence pada gelaran WWDC 2024, Apple menempuh strategi personalisasi sembari menekankan pentingnya privasi dan keamanan data dengan pemrosesan on-device serta mengintegrasikan ChatGPT.
Salah satu kendala utama menggunakan ChatGPT sejak versi 3.5 hingga saat ini, berdasarkan pengalaman pribadi, adalah personalisasi. ChatGPT mengetahui semua hal berdasarkan informasi yang tersedia di internet, tapi tidak tahu apa-apa mengenai data yang Anda simpan secara pribadi. Dengan kata lain, ChatGPT cocok digunakan untuk tujuan umum atau general purpose, bukan tujuan khusus atau spesifik.
Sejak peluncuran versi 4o, kendala ini sedikit berkurang karena kita jadi bisa mengunggah data pribadi untuk dipelajari ChatGPT dan kemudian kita bisa berinteraksi berdasarkan data tersebut. ChatGPT juga menambahkan fitur “memory”, sehingga pembicaraan kita dengan chatbot tersebut selalu sesuai dengan konteksnya.
Namun, apa yang bagi pengguna biasa terlihat sederhana ini, justru menimbulkan masalah baru bagi sebagian orang, contohnya karyawan korporat. Mereka tidak bisa sembarangan mengunggah data karena terkait kerahasiaan perusahaan. Samsung, misalnya, melarang karyawan menggunakan ChatGPT karena insiden memalukan pada tahun 2023.
Ketika itu, source code perangkat lunak Samsung untuk mengukur peralatan semikonduktor bocor karena seorang engineer mengunggahnya ke ChatGPT. Larangan menggunakan ChatGPT juga diikuti banyak perusahaan yang bergerak di bidang keuangan karena mereka memegang data pribadi klien atau nasabahnya.
Fitur Apple Intelligence

Problem ini agaknya dipahami dengan baik oleh Apple ketika meluncurkan Apple Intelligence pada gelaran Worldwide Developers Conference (WWDC) 2024, pekan lalu. Raksasa teknologi besutan Steve Jobs ini menempuh strategi personalisasi sembari menekankan pentingnya privasi dan keamanan data.
Salah satu fitur utama dari strategi ini adalah pemrosesan on-device. Apple menempatkan sebagian besar pemrosesan AI di perangkat pengguna, yang berarti data tidak perlu dikirim ke cloud untuk analisis. Ini meningkatkan keamanan dan privasi karena data pengguna tetap di perangkat mereka sendiri. Pemrosesan on-device tidak mengagetkan karena sejak iPhone X, kita sebetulnya sudah mengenal chip A11 Bionic yang didukung neural engine.
Bagi Anda yang belum atau tidak sempat menonton acara tersebut, Apple Intelligence memperkenalkan berbagai fitur canggih untuk iPhone, iPad, dan Mac yang dirancang untuk meningkatkan produktivitas dan privasi pengguna. Writing Tools, misalnya kini punya fitur untuk menulis ulang, memeriksa tata bahasa, dan meringkas teks. Di aplikasi Mail, fitur Priority Messages dan Smart Reply membantu mengelola kotak masuk dengan lebih baik, sementara Email Summaries memberikan ringkasan email tanpa harus membukanya.
Kemudian notifikasi yang lebih pintar seperti Priority Notifications dan Reduce Interruptions meminimalkan gangguan. Dalam Notes dan Phone, pengguna dapat merekam, mentranskripsi, dan meringkas audio panggilan. Image Playground memungkinkan pembuatan gambar animasi, ilustrasi, dan sketsa dengan cepat, dan Genmoji menciptakan emoji yang dipersonalisasi berdasarkan deskripsi teks. Artinya, Anda bisa membuat emoji hanya dengan perintah teks saja.
Sementara itu, Photos sekarang mendukung pencarian dengan deskripsi bahasa alami dan fitur Clean Up Tool untuk menghilangkan objek yang mengganggu di latar belakang foto. Apple mengintegrasikan Siri dengan ChatGPT untuk menjawab pertanyaan yang lebih kompleks. Untuk tugas yang memerlukan pemrosesan lebih berat, Apple menggunakan Private Cloud Compute guna menjaga privasi dengan tidak menyimpan atau mengekspos data pengguna.
Apple Intelligence Vs Galaxy AI

Apple mungkin terlambat masuk skena AI generatif dibandingkan dengan Samsung. Sebenarnya tidak heran, selama ini sudah banyak fitur-fitur yang baru diperkenalkan di perangkat iOS, tetapi di Android sudah lama.
Namun Apple mampu mengemasnya menjadi lebih baik dan terlihat seperti terobosan. Termasuk tak terkecuali dengan Apple Intelligence. Datang belakangan, memberi waktu bagi Apple untuk menganut formula ATM (Amati, Tiru, Modifikasi).
Saat Samsung memperkenalkan Galaxy AI pada Januari 2024 yang lalu, Apple di waktu hampir bersamaan ironisnya justru menutut divisi AI. Sebanyak 121 karyawan yang terdampak dipersilakan pindah ke departemen lain atau keluar. Penutupan ini merupakan bagian dari upaya reorganisasi dalam departemen AI Apple di mana perusahaan akan menyatukan tim Anotasi Operasi Data di satu lokasi di AS.
Langkah Apple menutup divisi AI ini juga dinilai realistis. Daripada mengembangkan dari awal yang belum tentu berhasil, lebih baik berkolaborasi dengan yang sudah mapan. Ini membuat proses pengembangan Apple Intelligence berjalan cepat.
Baik Apple dan Samsung akan mengubah cara kita menggunakan ponsel dengan AI Generatif. Namun jika soal caranya, di situlah perbedaan kedua raksasa teknologi tersebut.
Apple Intelligence berisi kumpulan fitur baru yang didukung AI yang berfungsi di iPhone , iPad, dan Mac untuk menulis ulang pesan, menghasilkan gambar, dan mengajukan pertanyaan yang lebih rumit kepada Siri. Di permukaan, ini mungkin terdengar mirip dengan Galaxy AI.
Ada beberapa hal yang membuat Apple Intelligence dan Galaxy AI seperti saling tumpang tindih, seperti mengedit foto dan meringkas, mengoreksi, dan menulis ulang teks dan catatan. Namun Apple dan Samsung umumnya memiliki gagasan berbeda tentang apa yang dapat dihadirkan AI pada pengalaman ponsel cerdas.
Apple memandang AI sebagai penghubung titik-titik antar aplikasi, menekankan bagaimana Apple Intelligence dapat membantu memahami semua data, file, foto, dan pesan di ponsel. Sebagian besar fungsi ini terkait dengan versi baru Siri yang dapat mengindeks foto, acara kalender, dan file serta informasi referensi dari pesan dan email. Artinya, ia dapat mengekstrak detail yang tepat dari ponsel Anda saat diperlukan, di mana pun data tersebut disimpan.
Di sisi lain, Samsung menerapkan AI untuk tugas individu tertentu, seperti terjemahan bahasa. Pendekatan Galaxy AI pada ponsel pintar lebih berpusat pada komunikasi dan produktivitas. Salah satu fitur utama ketika debutnya adalah kemampuan untuk menerjemahkan panggilan secara real-time langsung dari aplikasi telepon Samsung.
Baik Apple maupun Samsung sama-sama memakai konsep hybrid AI yang menggabungkan pendekatan on-device AI dan cloud AI. Namun dalam hal infrastruktur cloud ini, keduanya memiliki perbedaan mendasar. Apple Intelligence memakai private cloud, sedangkan Samsung memakai public cloud.
Agaknya, perlindungan data pengguna saat melalui pemrosesan cloud inilah yang menjadi perbedaan utama antara Apple Intelligence dan Galaxy AI. Dengan kata lain, Apple Intelligence menekankan pemrosesan on-device dan penggunaan Private Cloud Compute untuk tugas yang lebih berat, memastikan bahwa data pengguna tidak disimpan atau digunakan lebih lanjut.
Sebaliknya, pemrosesan Samsung Galaxy AI yang berbasis Google Cloud Vertex AI dan model Gemini Pro, meskipun canggih, melibatkan server eksternal milik Google yang bisa meningkatkan risiko privasi data pengguna.
Pada PCC, jelas tertera data tersebut tidak dipakai untuk training AI-nya Apple maupun ChatGPT, bahkan severnya boleh diaudit pihak ketiga. Sementara Samsung tidak memberikan penjelasan rinci soal ini, hanya menekankan pada Strict Policies yang bisa saja itu ikut men-training AI Google pada data-data non sensitif. Untungnya, pengguna memiliki pilihan untuk memproses data hanya on device untuk jaminan privasi, tapi harus masuk jauh ke menu pengaturan di smartphone.
Satu lagi perbedaan keduanya, Apple Intelligence gratis sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Sedangkan Galaxy AI bisa dipakai sepenuhnya gratis hingga tahun 2025. Setelah itu, ada kemungkinan beberapa fitur Galaxy AI akan berbayar, dan sebagian lainnya gratis.
Bagaimanapun, sebagai dua perusahaan ponsel pintar terbesar di dunia, baik Apple maupun Samsung mempunyai pengaruh besar terhadap bagaimana teknologi akan terwujud dalam perangkat seluler yang kita gunakan sehari-hari.
Kedua perusahaan telah memperjelas bahwa masih banyak lagi yang akan hadir dengan AI, sehingga versi Apple Intelligence dan Galaxy AI yang kita kenal saat ini kemungkinan besar hanyalah permulaan. Mereka yang berkompetisi, kita diuntungkan dengan menikmati hasil inovasinya.
Kolaborasi dengan OpenAI yang Memicu Kontroversi

Pengumuman Apple yang cukup mengejutkan pada WWDC 2024 adalah kolaborasi dengan OpenAI. Apple mengintegrasikan ChatGPT ke dalam perangkatnya untuk menangani pertanyaan dan tugas yang lebih kompleks, salah satunya adalah pengenalan objek, seperti tumbuh-tumbuhan atau benda.
Keputusan Apple bukannya tanpa kontroversi. Pendiri Tesla dan SpaceX, Elon Musk, misalnya, mengancam akan melarang penggunaan produk Apple di lingkungan perusahaannya jika Apple mengintegrasikan ChatGPT pada level sistem operasi (OS).
Melalui akun X, Musk mengatakan, “Sangat tidak masuk akal bahwa Apple tidak cukup pintar untuk membuat AI mereka sendiri, namun mampu memastikan bahwa OpenAI akan melindungi keamanan & privasi Anda. Apple tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi setelah mereka menyerahkan data Anda ke OpenAI. Mereka menjual Anda demi keuntungan mereka sendiri.”
Kalau kita mendengar pemaparan Senior Vice President of Software Engineering Apple, Craig Federighi, reaksi Elon Musk tampaknya berlebihan. Menurut Craig, integrasi ini memberi kontrol penuh kepada pengguna atas penggunaan ChatGPT. Apple juga berencana untuk mendukung model AI lain di masa depan. Hal yang sama juga disampaikan CTO OpenAI Mira Murati.
“Itu pendapat dia (Elon Musk). Menurut saya, itu tidak benar. Kami sangat peduli dengan privasi dan keamanan pengguna kami,” katanya.
Untuk meyakinkan penggunanya, Apple juga menegaskan bahwa Privat Cloud Compute (PCC) yang mereka pakai untuk Apple Intelligence bisa diperiksa oleh pihak ketiga yang independen untuk memastikan privasi pengguna benar-benar terjaga.
Kenapa Apple tidak mengembangkan model AI sendiri?
Sampai di sini, Anda mungkin bertanya: kenapa Apple menggandeng OpenAI yang sebagian besar sahamnya sudah dimiliki Microsoft, dan kenapa Apple tidak mengembangkan model AI sendiri? Pertanyaan berikutnya, apakah Apple membayar lisensi kepada OpenAI atau justru sebaliknya, sebagaimana Google membayar miliaran dollar per tahun agar Google Search menjadi mesin pencari default di perangkat Apple?
Menurut saya, Apple memilih untuk berkolaborasi dengan OpenAI karena beberapa alasan strategis yang penting. Pertama, fokus utama Apple adalah pada pengalaman pengguna dan privasi. Dengan menggunakan model AI dari OpenAI, Apple dapat mengintegrasikan teknologi AI canggih tanpa harus mengorbankan privasi pengguna mereka. Ini karena OpenAI dapat menyediakan model AI yang luas dan canggih tanpa memerlukan akses ke data pribadi pengguna yang dikelola oleh Apple, menjaga keamanan data pengguna tetap terjamin.

Saya melihat Apple lebih memilih menjadi agregator AI ketimbang menjadi pemain utama, seperti Microsoft, Google, atau OpenAI. Apple sadar bahwa mereka sudah tertinggal untuk mengembangkan Large Language Models semacam ChatGPT atau Gemini, namun punya keunggulan dalam hal jumlah pengguna yang sangat besar
– Insaf Albert Tarigan
Kedua, mengembangkan model AI besar membutuhkan sumber daya yang sangat besar, baik dari segi infrastruktur maupun tenaga ahli. Dengan berkolaborasi dengan OpenAI, Apple dapat memanfaatkan teknologi yang sudah ada tanpa harus menginvestasikan sumber daya yang sangat besar dalam pengembangan tersebut, memungkinkan mereka untuk tetap fokus pada inovasi produk dan layanan yang menjadi kekuatan utama mereka.
Selain itu, kerjasama ini mempercepat inovasi, karena Apple dapat lebih cepat menghadirkan fitur-fitur AI canggih kepada pengguna mereka. Alih-alih menghabiskan waktu untuk mengembangkan dan melatih model AI dari awal, Apple dapat segera mengintegrasikan teknologi matang dari OpenAI ke dalam produk mereka, memberikan nilai tambah yang lebih cepat kepada pengguna.
Dalam batasan tertentu, saya melihat Apple lebih memilih menjadi agregator AI ketimbang menjadi pemain utama, seperti Microsoft, Google, atau OpenAI. Apple sadar bahwa mereka sudah tertinggal untuk mengembangkan Large Language Models semacam ChatGPT atau Gemini, namun punya keunggulan dalam hal jumlah pengguna yang sangat besar. Pandangan ini diperkuat fakta bahwa selain ChatGPT, Apple dikabarkan sedang dalam pembicaraan dengan Google untuk mengintegrasikan Gemini AI ke dalam iPhone.
Kembali ke pertanyaan kedua, apakah Apple membayar lisensi kepada OpenAI atau justru sebaliknya, sebagaimana Google membayar miliaran dollar per tahun agar Google Search menjadi mesin pencari default di perangkat Apple? Saya meyakini kerjasama kedua belah pihak tidak melibatkan uang. Coba Anda perhatikan pernyataan OpenAI berikut ini:
“Integrasi ChatGPT, yang didukung oleh GPT-4o, akan hadir di iOS, iPadOS, dan macOS akhir tahun ini. Pengguna dapat mengaksesnya secara gratis tanpa membuat akun, dan pelanggan ChatGPT dapat menghubungkan akun mereka dan mengakses fitur berbayar langsung dari pengalaman ini.”
Menurut saya, ini adalah kerjasama yang saling menguntungkan. Apple mendapatkan akses teknologi ChatGPT sembari menjaga privasi dan keamanan data penggunanya. Sementara itu, ChatGPT menerima promosi gratis dengan harapan sebagian dari pengguna iOS, iPadOS, dan macOS akan berlangganan ChatGPT premium di masa depan.
Artikel opini ini ditulis oleh Insaf Albert Tarigan. Ia adalah wartawan senior yang tertarik pada teknologi (termasuk AI), politik, dan humaniora. Saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Forwat (Forum Wartawan Teknologi).
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




