Jakarta, Gizmologi – Semester pertama 2024 dipenuhi dengan sejumlah startup yang mencoba untuk hadirkan sebuah jenis perangkat baru dengan kiblat utama ke arah kecerdasan buatan alias AI. Setelah Humane AI Pin, hadir Rabbit R1 sebagai alternatif yang lebih terjangkau, meski tak sepenuhnya sama. Kini ditemukan bila software milik perangkat tersebut bisa dijalankan sepenuhnya di smartphone Android.
Rabbit R1 memang diperkenalkan setelah Humane merilis perangkatnya, sama-sama memanfaatkan AI dan LLM, namun dalam harga yang jauh lebih terjangkau. Walaupun fungsinya serupa yakni untuk membantu keseharian dengan banyak menggunakan input suara maupun kamera, Rabbit R1 masih memiliki layar. Sementara Humane lebih futuristik dengan proyektor laser.
Kedua perangkat ini juga memiliki kesamaan: tidak sedikit pengulas atau reviewer menyampaikan kekecewaannya saat menjajal Humane AI Pin maupun Rabbit R1. Keduanya sama-sama hanya memiliki fungsi sangat terbatas, bahkan fitur mendasar seperti memasang alarm maupun timer belum tersedia. Harus menanti janji pembaruan dalam beberapa waktu mendatang.
Baca juga: Review Humane AI Pin Mulai Bermunculan, Dinilai Belum Bisa Gantikan Smartphone
Launcher Rabbit R1 Bisa Berjalan di Pixel 6a
Kabar terbaru sebutkan bila sistem operasi yang dimiliki atau dijalankan pada Rabbit R1, telah berhasil dipindahkan ke smartphone Android. Sesuai ilustrasi video di atas, terlihat bila laporan dari Android Authority berhasil menjalankan tampilan antarmuka serta fungsi perintah suara dari sebuah Google Pixel 6a. Menjawab sebuah pertanyaan dengan informasi cukup lengkap.
Otomatis ketika video tersebut diunggah, tidak sedikit dari warganet yang mempertanyakan bila sejatinya Rabbit R1 adalah sebuah perangkat berbasis Android—alias tidak jauh berbeda dengan smartphone pada umumnya. Dan mempertanyakan fungsi dari sebuah perangkat jenis baru ini, alih-alih cukup menggunakan smartphone saja. Sang CEO, Jesse Lyu, langsung turun tangan.
Melalui sebuah pernyataan resmi, ia mengatakan bila Rabbit R1 lebih dari sekadar aplikasi Android. “Kami memahami hasrat orang-orang untuk merasakan AI dan LAM kami, alih-alih menunggu R1 mereka tiba. Oleh karena itu, untuk menghilangkan kesalahpahaman dan meluruskan, rabbit OS dan LAM dijalankan di cloud dengan AOSP khusus dan modifikasi firmware tingkat rendah.”
Walau memang sebutkan penggunaan dari AOSP alias versi dasar Android, Jesse mengatakan bila Rabbit R1 lebih banyak memanfaatkan titik akhir (endpoint) khusus antar OS dan layanan cloud khusus, yang tidak bisa diakses melalui aplikasi yang berhasil diambil dan dipasang ke smartphone.
Punya Layar Sentuh, Namun Tidak Bisa Disentuh

Saat ini, Rabbit R1 sendiri baru bisa tersambung ke sejumlah layanan pihak ketiga yang sangat terbatas, seperti Spotify untuk memutar musik dan DoorDash untuk memesan makanan. Jesse janjikan bila saat ini sudah ada setidaknya 800 aplikasi atau layanan lainnya yang sudah dalam proses untuk bisa dijalankan ke perangkatnya, namun masih perlu menciptakan tampilan antarmuka untuk layarnya yang menuai kontroversi.
Ya, selain terkait penggunaan Android, cara pengguna untuk bernavigasi dengan Rabbit R1 juga memicu pertanyaan. Dirancang bersama Teenage Engineering, desain perangkat yang mirip Pokedex satu ini memang eksentrik. Memiliki scroll wheel di sebelah kanan, beserta sebuah tombol klik dan kamera yang bisa berputar.
Namun Rabbit memilih untuk menonaktifkan input sentuh pada layarnya ketika bernavigasi, atau hanya bisa aktif saat mengakses mode terminal saja. Sementara untuk bernavigasi di dalam menu, metode scroll dinilai kurang efektif, bahkan ketika mengubah kecerahan layar dan volume memerlukan dua tangan untuk menahan tombol klik dan memutar scroll wheel milik perangkat.
Harga Rabbit R1 sendiri dibanderol USD200, atau sekitar Rp3,2 jutaan. Perangkat ini tidak memerlukan layanan berlangganan khusus seperti Humane, dan bisa menggunakan kartu SIM 4G global.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




