Jakarta, Gizmologi – Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) memprediksi bahwa pendanaan yang dibutuhkan Usaha Mikro, Kecil dan Menangan (UMKM) di Indonesia mencapai Rp4.300 triliun pada tahun 2026. Kebutuhan tersebut berbanding terbalik dengan sisi pembiayaan yang semakin tinggi.
Dalam acara UMKM Digital Summit 2023, Sekretaris Jenderal AFPI Sunu Widyatmoko mengungkapkan kredit gap yang terpaut jauh dikarenakan kondisi pasokan pembiayaan yang ada tetap sama.
“Dengan kemampuan suplai yang ada hanya Rp1.900 triliun, artinya terdapat gap sebesar Rp2.400 triliun. Di saat yang bersamaan, permintaan pendanaan akan terus tumbuh secara tahunan sekitar tujuh persen,” kata Sunu, dalam keterangannya, Jumat (22/9/2023).
Lebih lanjut, Sunu menilai kondisi tersebut disebabkan karena UMKM dan start up di Indonesia, tumbuh semakin pesat akibat pengaruh teknologi digital yang membuka ruang lebar pengusaha untuk ikut terlibat dalam perekonomian bangsa. Sehingga kebutuhannya ikut bertambah tiap tahunnya.
Menurutnya hal ini cukup mengejutkan, karena berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh International Financing Corporation (IFC) milik World Bank pada tahun 2018, kesenjangan kebutuhan kredit pada UMKM tersebut mulanya ditaksir hanya sebesar Rp1.600 triliun.
“Kita berfikir karena fintech sudah beroperasi dari 2017, kita berfikir bahwa angka itu akan semakin menurun. Tapi setelah kita melakukan studi dengan EY Pathernon, indikasinya malah bukan menurun, tapi malah lebih tinggi,” paparnya.
Baca Juga: Ada 11.969 File Berbahaya, UMKM Indonesia Jadi Incaran Serangan Siber
Pendanaan UMKM di 2026

Di sisi lain, Sunu menyatakan fintech lending sudah berupaya memenuhi kebutuhan para pelaku UMKM. Salah satunya adalah dengan meningkatkan penyaluran pendanaan, terutama untuk menjangkau sektor undeserved dan unbanked.
Ia menjelaskan pengaliran fintech lending dalam ekosistem digital akan memberikan solusi pendanaan yang lebih optimal bagi para UMKM dengan research yang lebih luas dan berkelanjutan. Dalam prosesnya, AFPI berharap upaya tersebut bisa membantu UMKM agar bisa masuk ke ekosistem digital dan memanfaatkan akses pendanaan dari fintech.
Dengan demikian, kesenjangan bisa semakin mengecil serta mampu mendorong 30 juta UMKM on boarding digital atau go digital pada tahun 2024. “Makanya kita bekerja sama dengan Kementerian Koperasi untuk menetapkan 40 persen yang diberikan pinjaman oleh fintech lending itu dengan pendekatan auto pilot, sehingga dapat memperkecil profil risiko.”
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




