Jakarta, Gizmologi โย Layanan mobile Appdome baru saja merilis laporan tahunan kelima yang turut melibatkan konsumen Indonesia dalam risetnya. Data terbaru menunjukkan bahwa penipuan sintetis, pencurian identitas, dan penipuan berbasis AI kini menjadi alasan utama konsumen Indonesia meninggalkan aplikasi seluler selama musim liburan akhir tahun, dan event belanja Black Friday.
Riset konsumen terbaru Appdome mencerminkan meningkatnya risiko ini. Data survei menunjukkan bahwa 56,7%ย konsumen Indonesia paling takut terhadapย penipuan sintetis saat belanja lewat perangkat seluler; 40,7%ย menghapus atau meninggalkan aplikasi karena kekhawatiranย pencurian identitas; 75,3%ย telah meninggalkan aplikasi akibatย masalah privasi atau keamanan.
Dalam laporan terungkap bahwa 44,7% konsumen meninggalkan sebuah aplikasi karena khawatir adanya identity theft, sementara 19% stop pakai karena pengalaman transaksi palsu sebelumnya. Situasi seperti Black Friday yang menawarkan diskon besar-besaran sekaligus dorongan menyelesaikan transaksi dengan cepat justru dianggap membuka peluang penipuan. Konsumen meyakini bahwa situasi tersebut membuat mereka lebih rentan terkena fraud.
โAI mengubah lanskap penipuan lebih cepat daripada kemampuan bisnis seluler untuk merespons. Konsumen ingin bukti bahwa aplikasi mereka dapat menghentikan penipuan sebelum pembelian dilakukan โ bukan setelah kerugian terjadi,โ terang kata Tom Tovar,ย Co-Creator and CEO Appdome.
Pada 2025, penipuan berbasis AI โ termasuk persetujuan pembayaranย deepfake, seranganย vishing, dan pengambilalihan akun berbasisย botย โ telah menjadi pemicu utama penipuan seluler selama musim liburan.
Baca juga: Percepat Digitalisasi, Pemerintah Siapkan Roadmap Infrastruktur Digital
Appdome Temukan Paradoks AI oleh Pengguna Seluler

Meskipun konsumen Indonesia khawatir dengan adanya penipuan dan kemungkinan fraud pada mereka ketika menggunakan aplikasi belanja online. Namun di sisi lain terdapat optimisme bahwa penggunaan AI juga memberikan peluang lebih besar untuk mendapatkan keuntungan.
Appdome menemukan bahwa 81,5%ย konsumen Indonesia melihat AI sebagaiย peluang, sementaraย 18,5% melihatnya sebagai ancaman; 90%ย berharap aplikasi dapat memblokirย ancaman berbasis AIย sepertiย bot,ย deepfake,ย impersonation, dan pengambilalihan akun; 72,3% merasa yakin aplikasi seluler benar-benar dapat menghentikan ancaman tersebut, jauh di atas rata-rata global.
Appdome menyebutnya sebagai โParadoks AIโ. Situasi ini memberi tekanan besar pada aplikasi perbankan, ritel, fintech,ย travel, dan jasa pengiriman untuk menunjukkan perlindunganย in-app (di dalam aplikasi) yang jelas selama puncak musim belanja. Salah satu ajang belanja terbesar global, Black Friday, turut menjadi perhatian karena punya potensi penipuan yang cukup besar. Konsumen sendiri sangat mengharapkan aplikasi seluler untuk melindungi mereka secara proaktif.
Dalam riset didapati bahwa 84,8% konsumen mengutamakan pencegahan penipuan sebelum terjadi, bukan penggantian kerugian setelahnya. Sementara 53,7% konsumen mengatakan pengembang aplikasi seluler harus berbenah, bukan perangkat, OS, atau operator yang bertanggung jawab untuk menghentikan penipuan. Sementara 79,2% konsumen mengatakan privasi sangat penting, danย 8,4%ย menolak untuk menggunakan aplikasi tanpa perlindungan privasi yang jelas.
โBelanja musim liburan adalah saat penyerang paling gencar beraksi,โ kata Jamie Bertasi,ย Chief Customer Officer, Appdome. โAI membuat pelaku kejahatan dapat meniru pengguna asli, membajak sesi, dan memicu transaksi penipuan. Menghentikan serangan ini langsung di dalam aplikasi sangat penting untuk melindungi konsumen โ dan pendapatan โ selama musim belanja tersibuk dalam setahun ini.โ
Developer Aplikasi Harus Berbenah untuk Konsumen
Dengan rekor belanja seluler yang diperkirakan terjadi antara Black Friday hingga 31 Desember, temuan tersebut menunjukkan mandat yang jelas bagi para developer aplikasi. Tingginya potensi penipuan identitas sintetis dan pengambilalihan akun, penyerangan dengan AI, dan turunnya kepercayaan konsumen dapat mudah terjadi.
Menurut survei tersebut, pengguna seluler jauh lebih mungkin merekomendasikan, mengulas, dan mempromosikan merek yang melindungi mereka secara nyata โ terutama selama masa liburan. Bagi para pengembang aplikasi seluler harus memahami bahwa pengalaman positif dari konsumen dapat memberi pengaruh signifikan pada aplikasi mereka.
Hasil survei memperlihatkan: 42,7% akan mempromosikan aplikasi yang aman di media sosial; 30,8%ย akan memberikanย ulasan positif; 98,4%ย mengatakan mereka akan merekomendasikan aplikasi yang melindungi mereka.
ย
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.



