Washington, Gizmologi โ Data pribadi memang sesuatu yang sensitif, tak heran jika ada suatu negara merasa kalang kabut ketika ada kejadian pencurian data pribadi warganya. Penyidikan kemudian digencarkan, sekalipun melibatkan tiga perusahaan raksasa.
Sudah tentu negara yang dimaksud bukanlah Indonesia, melainkan Amerika Serikat (AS). Ya, pemerintahan Joe Biden dikabarkan tengah menyelidiki tiga perusahaan telekomunikasi asal China.
Ketiga perusahaan itu adalah China Mobile, China Unicom, dan China Telekom. Mereka dianggap telah mengeksploitasi data pribadi konsumen asal AS.
Modusnya, mereka telah mengumpulkan data melalui layanan bisnis cloud dan internet di Amerika Serikat dan kemudian mengirimkan informasi tersebut ke Beijing. Adapun yang mengklaim hal ini adalah pihak Bea dan Cukai AS.
Sumber informasi ini dikutip Gizmologi dari Reuters, Sabtu (29/6/2024) yang telah menerima laporan tersebut dari pihak operator selalu tertuduh. Namun, karena kasusnya masih dalam penyelidikan, pihak yang dimaksud meminta identitasnya dirahasiakan.
Departemen Perdagangan AS kabarkan bakal melakukan penyidikan dan telah memanggil tiga perusahaan tersebut. Selain itu, badan pengawas setempat juga telah menyelesaikan โanalisis berbasis risikoโ terhadap China Mobile dan China Telecom, di mana saat ini sedang berlangsung di China Unicom.
Lalu bagaimana bisa pihak perusahaan China semudah itu mencuri data pribadi warga AS? Meskipun ketiga perusahan tersebut dilarang menawarkan layanan telepon dan internet secara ritel di AS, namun mereka memiliki preferensi bisnis kecil seperti layanan berbasis cloud.
Dengan lalu lintas internet secara grosir tersebut, pihak AS merasa perusahaan China itu memiliki akses terhadap data pribadi konsumen di AS.
Pencurian Data Pribadi Belum Terbukti?

Mengenai tuduhan tersebut, ketiga perusahan tidak memberikan komentarnya kepada Reuters. Begitu pula deretan pengacara mereka yang berbasis di AS.
Pihak AS yang โberperanโ sebagai korban juga menunjukkan hal yang sama, di mana Departemen Kehakiman-nya tidak mengeluarkan pernyataan apa pun. Bahkan Gedung Putih dan Departemen Perdagangan sama bungkamnya.
Namun, sebuah pernyataan bernada serius dilontarkan oleh Kedutaan Besar China di Washington DC. Mereka berharap AS akan berhenti menindas perusahaan China dengan alasan palsu.
Baca juga: TikTok Lebih Memilih Rugi karena Ditutup daripada Harus Dijual
Segara tegas, pihak kedutaan mengatakan bahwa China akan terus membela hak dan kepentingan perusahaan asal negaranya. Bahkan pihak Reuters mengklaim tidak menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan tersebut sengaja memberikan data sensitif AS kepada Pemerintah China atau melakukan kesalahan lainnya.
Lalu, apakah perusahaan asal China tersebut benar-benar melakukan pencurian data pribadi seperti yang dituduhkan pihak AS?
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.



