Jakarta, Gizmologi – Starlink, operator berbasis satelit milik Elon Musk akan hadir ke Indonesia. Namun kehadiran Starlink ini menjadi banyak pembicaraan untuk menentukan pro dan kontra jika satelit ini menyediakan layanannya ke tanah air.
Pada Selular Business Forum (SBF) 2023, hal baik dan buruk kehadiran Starlink pun dibahas. Acara ini mengangkat tema “Polemik Layanan Telepon & Internet Satelit, Siapa Untung Siapa Buntung?”. Starlink memang hadir di saat yang tidak tepat, beberapa operator Indonesia pun memiliki keluhan yang belum terselesaikan sehingga seperti tertimpa beban dua kali.
Pada bulan Oktober 2023, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjuukan bahwa industri telekomunikasi tidak baik-baik saja. Data tersebut menunjukkan industri telekomunikasi tumbuh melambat ke level 7,19% secara tahunan. Uday Rayana, CEO Selular Media Network pernah menjelaskan beberapa permasalahan dalam industri telekomunikasi.
Baca Juga: Satelit Internet Amazon Kuiper Siap Jadi Pesaing Starlink
Salah satunya ialah beban regulatory charge yang besar, dari BHP frekuensi hingga USO. Investasi yang mahal, ternyata industri selular juga dipaksa memberikan tarif internet yang murah. Ditambah dengan hadirnya Starlink ke Indonesia pada 2024 nanti yang bisa kalian lihat baiknya untuk masyarakat sebagai berikut.
Untung dan Tidak Untungnya Starlink di Indonesia

Marwan O. Baasir, Sekjen ATSI dalam acara SBF mengatakan keuntungan dari Starlink ini adalah coverage-nya yang luas mencakup seluruh wilayah Indonesia. Bila coverage-nya meluas maka bisa dimanfaatkan untuk percepatan layanan internet ke wilayah yang belum terjangkau.
“Coverage Starlink sudah menjangkau seluruh wilayah Indonesia dan memiliki kapasitas data rate yang besar sehingga bisa dimanfaatkan untuk mendukung percepatan layanan internet broadband di wilayah yang belum terjangkau layanan broadband terestrial termasuk bisa dimanfaatkan oleh penyelenggara seluler sebagai backhaul,” ujar Marwan.
Marwan juga menyebutkan, Starlink mungkin akan lebih baik digunakan untuk B2B tanpa masuk ke B2C. Karena nantinya akan membuat masalah baru antara pemain-pemain yang ada di industri telco ini. Selain itu, Marwan juga mengingatkan bahwa Starlink belum memiliki izin penyelenggara ISP di Indonesia.
Sehingga Starlink masih menggunakan IP Global dan berpotensi akan ada isu PDP, ketahanan, dan kedaulatan negara. Selain itu, Starlinkjuga perlu menggunakan Alokasi Penomoran IP Indonesia, membayar BHP Tel dan USO. Serta membangun Server dan DRC di Indonesia dan comply terhadap Regulasi Lawfull Interception di Indonesia.
Jika Starlink mengincar B2C menurut Agung Harsoyo, Pengamat Telekomunikasi mengatakan akan menjadi rumit. Karena keadaannya bisa saja membuat masyarakat Indonesia bisa dilacak oleh intelijen luar negeri.
”Kalau nanti dia akan B2C akan menjadi rumit, bagaimana mengendalikannya? Jadi kalau ada separatis misalnya di suatu tempat dan dia boleh langsung beli (internet) Starlink. Kalau nanti intelijen ingin melacak bagaimana?,” ujar Agung dalam acara SBF kepada Gizmologi.
Bila Starlink akan mengincar B2C atau Business to Consumer ini, bisa saja membuat kita akan kehilangan kedaulatan, timbul berbagai risiko dan jika terjadi kejahatan siber akan sulit untuk mengejarnya. Saat ini untuk melacak pelaku kejahatan siber, pihak berwajib tak perlu meminta data kepada pihak penyelenggara seluler, namun jika Starlink masuk mungkin keadaanya akan berbeda.
“Jika menggunakan Starlink, dia bisa melakukan komunikasi, punya alamat IP sendiri, gateway-nya juga ada di belahan wilayah sana Amerika,” ungkap Agung.
Ia pun menyarankan bahwa teknologi dan tools yang dimiliki oleh Indonesia harus lebih mumpuni. Agar bila Starlink mengincar pasar B2C bisa terkendali tanpa harus khawatir. Melihat adanya ancaman kedaulatan Indonesia, pihak Kemenkominfo sudah mengatakan bahwa pemerintah selalu memberikan regulasi baik untuk satelit maupun untuk kabel laut.
“Bicara soal keamanan, siapapun asing yang masuk ke wilayah Indonesia harus berpartner dengan perusahaan lokal dan dalam urusan berpartner harus bertanggung jawab atas kedaulatan dan keamanan Indonesia,” ujar Aju Widya Sari, Dirjen Penyelenggara Pos dan Informatika (PPI) Kemenkominfo.
Saat ini, Starlink pun berpartner dengan Telkomsat, dan anak perusahaan Telkom Indonesia ini menargetkan menyebarkan layanan internet ke 1.000 titik di wilayah Indonesia Timur dengan bantual Starlink. Starlink bakal masuk dimulai dengan SMS sebelum menambahkan layanan suara dan data, serta konektivitas IoT pada 2025.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




