Jakarta, Gizmologi – Plt. Direktur Sumber Daya dan Administrasi BAKTI Tri Haryanto, menjelaskan nasib satelit Satria-2 setelah hadirnya satelit Starlink. Adapun Satria-2 telah direncanakan sejak 2022 lalu dan berhasil meluncur 19 Juni 2023.
Satelit Satria-2 ini dihadirkan awalnya dengan tujuan meningkatkan kapasitas internet yang telah disediakan oleh Satria-1. Satelit ini diketahui telah mendapatkan green book (tahapan persetujuan pemberian dana untuk suatu proyek) dari pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri.
Tri pun menjelaskan bahwa nasib satelit tersebut itu saat ini sedang menunggu kebijakan dari Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo). Selain itu, sambil melihat permintaan dan teknologi yang berkembang saat ini.
Baca Juga: Satelit SATRIA-1 Berhasil Mengorbit di Atas Papua, BAKTI Kominfo Targetkan Beroperasi Desember 2023
“Menunggu kebijakan pak Menteri. Intinya dari demand lihat demand yang ada dan teknologi yang berkembang,” ujar Tri dalam acara Ngopi Bareng di kantor Kominfo, Jakarta Pusat, Jumat (21/6/2024).
Nasib Satelit Satria-2 Tak Akan Terganti dengan Starlink?

Tri menjelaskan kemungkinan Satria-2 menggunakan teknologi Low-Earth Orbit (LEO), yang juga digunakan oleh Starlink. Menurutnya penggunaan LEO mungkin dilakukan.
Teknologi ini berada pada ketinggian 482 kilometer memiliki keunggulan untuk meningkatkan kecepatan internet dan mengurangi tingkat latensi. Sehingga harusnya bila satelit Satria-2 menggunakan teknologi tersebut akan efektif, serta harga dan kualitas yang dihadirkan baik.
“Sangat dimungkinkan, pertama teknologi yang efektif dan harga dan kualitas yang baik,” ungkapnya.
Hadirnya Starlink di Indonesia nampaknya juga tak menjadi masalah bagi Satria-2, menjadi masalah untuk Satria-1. Seperti yang diketahui Satria-1 dihadirkan oleh BAKTI untuk mempermudah akses jaringan layanan masyarakat termasuk Puskesmas.

Tujuan ini bertubrukan dengan hadirnya Starlink pada pertengahan bulan Mei 2024 lalu. Selain untuk komersial, layanan berbasis satelit milik Elon Musk itu juga memberikan layanan pada sejumlah puskesmas di tanah air.
Terkait hal itu, Tri mengatakan pihaknya melalui Direktorat Layanan TI untuk Masyarakat dan Pemerintah (LTIMP) melakukan rapat koordinasi dengan Kementerian dan Lembaga. Salah satunya bersamaan dengan Kementerian Kesehatan, yakni untuk menghitung berapa banyak yang membutuhkan layanan dari Bakti.
“Beberapa masih membutuhkan layanan dari Bakti. Jadi jumlah berapa belum dapat dari LTIMP,” jelasnya.
Ia menjelaskan BAKTI memiliki target akan melayani daerah-daerah yang membutuhkan koneksi telekomunikasi. Yaitu dengan memaksimalkan satelit Satria-1 yang sudah ada.

“Starlink masuk ke komersil. Di kita target daerah-daerah titik-titik yang masih membutuhkan. Udah punya Satria maksimalkan yang sudah ada,” terangnya.
Sebagai informasi Starlink pun sedang diujicoba dalam beberapa Puskesmas di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Seperti halnya Puskesmas Tabarfane di Kepulauan Aru, Maluku, Puskesmas Pembantu (Pustu) Sumerta Kelod, Denpasar, dan Puskesmas Pembantu (Pustu) Bungbungan, Klungkung. Di websitenya pun Starlink terlihat masih membuka peluang menyasar pasar komersil.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




