Selain kamera smartphone yang semakin berkualitas, tren untuk menghasilkan foto dalam bentuk cetak, nampaknya juga masih sangat diminati, di mana kini lebih banyak tempat seperti photo booth atau sekadar jasa untuk mencetak foto. Fujifilm, produsen kamera instan, juga terus hadirkan opsi baru, termasuk INSTAX mini 99 sebagai jagoan terbarunya.
Kalau seri kamera premium sebelumnya seperti INSTAX mini Evo punya fungsi tambahan untuk bisa tersambung ke smartphone Fujifilm INSTAX mini 99 masih belum punya. Namun begitu, hadir dengan fitur yang maksimal atau komplit, termasuk built-in enam filter menarik, sampai mode pengambilan gambar lainnya yang pas bagi mereka yang inginkan hasil lebih kreatif.
Dengan harga mencapai Rp3 juta, kamera satu ini menurut saya memiliki daya tarik tersendiri, karena bisa menangkap momen yang kemudian menjadi sebuah obyek fisik, memiliki sentuhan yang jauh lebih personal. Berikut ulasan lengkap kamera Fujifilm INSTAX mini 99.
Desain

Tampilan eksterior dari kamera INSTAX satu ini, menurut saya tidak kalah premium atau bahkan terlihat sekelas dengan penawaran Fujifilm yang lebih premium seperti minI Evo. Justru lebih “kalem”, karena didominasi warna hitam cukup pekat, tanpa banyak aksen warna silver. Hanya tersedia satu opsi warna saja.
Desain INSTAX mini 99 juga terlihat berkelas dengan logo INSTAX jadul di sisi depan. Di sisi atas (saat mode landscape), terdapat dua tombol putar atau dial dan bagian di sekitarnya yang terlihat kokoh nan premium seperti menggunakan plat mahal. Sementara di sisi bodi lain, gunakan material kulit sintetis yang juga nyaman dalam genggaman—tak perlu benar-benar merawatnya, karena bukan kulit asli.
Bobot INSTAX mini 99 juga tergolong ringan, hanya 340 gram tanpa baterai dan film. Paling-paling, dibandingkan dengan kamera saku digital, memang terasa sedikit lebih bongsor atau tebal. Sehingga tidak bisa masuk ke semua jenis pouch.





Fujifilm menyertakan shoulder strap ke dalam paket penjualan INSTAX mini 99, serta ekstensi untuk dipasang ke tripod. Shoulder strap ini tentu memudahkan untuk membawa kamera, bisa dikalungkan ke leher atau pundak, dan sah-sah saja membuat INSTAX mini 99 sebagai aksesori fesyen, sekaligus untuk foto-foto momen instan harian.
Berbeda dengan kamera INSTAX kelas entri yang tanpa layar, atau mini Evo dengan layar mirip kamera digital, INSTAX mini 99 hanya dilengkapi layar sederhana untuk menunjukkan mode gambar yang sedang digunakan, timer, serta mode flash. Di bawah layar tersebut, merupakan “pintu” untuk memasukkan film ke dalam kamera.
Fitur

Bisa dibilang ini merupakan salah satu kamera INSTAX dengan fitur paling lengkap, untuk kreativitas dalam hasilkan gambar berbeda. Dimulai dari sisi atas perangkat yang memiliki dua dial khusus, yakni Color Effects Dial dan Brightness Control Dial. Mari kita bahas satu persatu.
Sesuai namanya, Color Effects Dial bisa hasilkan enam filter foto berbeda, selain mode Normal atau standar. Masing-masing adalah Faded Green, Warm Tone, Light Blue, Magenta, Sepia, dan Light Leak. Saya pribadi membutuhkan waktu sekitar dua pekan penggunaan sampai benar-benar bisa menghafal masing-masing karakter warna filter tersebut.
Favorit saya pribadi adalah Light Leak, karena bisa berikan semburan warna hangat secara random, alias berubah-ubah setiap kali pengguna ambil foto lewat INSTAX mini 99. Nah, dial berikutnya, berfungsi selayaknya mengatur exposure value. L & L+ lebih cerah, D & D+ untuk gambar lebih gelap dari kondisi aslinya.

Di tengah Brightness Control Dial, terdapat sebuah tombol yang berfungsi sebagai tombol shutter sekunder untuk format landscape, tambahan dari yang ada di depan. Lalu bagaimana dengan tombol di belakang? Self timer untuk aktifkan timer 10 detik, sementara tombol Flash digunakan untuk mengaktifkannya otomatis, mematikan, mode red-eye, dan lainnya.
Sementara tombol Mode digunakan untuk memilih empat mode pengambilan gambar berbeda. Bulb Mode bisa ambil foto hingga 10 detik untuk efek light trails atau lainnya. Double Exposure gabungkan dua gambar dalam satu kertas film, Sports Mode mengurangi blur saat subyek bergerak, dan Indoor Mode memungkinkan latar belakang subyek utama tetap terlihat terang.
Kemudahan Penggunaan

Bila Gizmo friends belum pernah menggunakan kamera INSTAX sebelumnya, proses setup awal sangat mudah kok. Cukup dengan memasangkan baterai perangkat, dan memasukkan film pack lewat sisi belakang—mudah, namun perlu diperhatikan sisinya dengan tanda khusus agar tidak terbalik. Saat sudah terpasang, INSTAX mini 99 otomatis melakukan proses pengambilan foto, untuk mengeluarkan lembar kosong yang ada di setiap film pack.
Setelah itu, INSTAX mini 99 langsung menampilkan sisa film yang ada lewat layarnya—jadi keunggulan utama yang memudahkan dibandingkan INSTAX varian lebih terjangkau. Mau ambil gambar? Nggak perlu pencet tombol power atau lainnya, alias cukup putar lensa kamera di depan saja. Sekali putar langsung aktif, dan kamu bisa langsung jepret.
Proses cetak filmnya sendiri membutuhkan waktu rata-rata 60-90 detik, bergantung dari mode yang kamu pilih. Pastikan tangan kamu tidak menutup sisi samping INSTAX mini 99 yang bakal mengeluarkan kertas film. Dan tidak perlu mengibas-ngibas film setelah keluar, karena nggak bikin lebih cepat muncul.
Kamera INSTAX mini 99

Selain opsi filter, pengaturan tingkat kecerahan, serta mode-mode tambahan yang bisa dipilih lewat tombol di belakang, pengambilan gambar menggunakan kamera INSTAX mini 99 cukup straightforward. Lensanya memiliki focal length 60mm dengan diafragma f/12.7. Ya, jauh lebih kecil dan sempit dibandingkan lensa smartphone, namun tergolong standar untuk kamera INSTAX.
Pada bagian lensanya, ada dua pengaturan tambahan yang bisa kamu gunakan. Yakni penentuan rentang fokus (0.3m sampai 0.6m untuk close-up, 0.6m sampai 3m untuk portrait, 3m sampai tak hingga pas untuk landscape), serta mode Vignette dengan switch khusus di depan lensa. Pilih sesuai dengan subyek yang ingin kamu tunjukkan, dan gabungkan beserta mode flash serta kecerahan.

Tanpa kamu ubah apa pun, kamera INSTAX mini 99 bisa hasilkan gambar yang berkualitas dan tajam secara otomatis—menurut saya sih yang paling penting adalah menentukan jarak fokusnya saja, lainnya opsional. Opsi jarak fokus tersebut juga bisa bikin kamu hasilkan foto estetik atau nuansa kamera jaman dulu, seperti foto portrait yang agak blur dan over-exposured.
Setidaknya perlu mengambil 4-5 foto bagi saya untuk benar-benar bisa memahami bagaimana semua pengaturan yang ada dari INSTAX mini 99. Ketika sudah menguasainya, saya bisa hasilkan gambar yang selalu sesuai keinginan. Bisa diandalkan dengan berbagai situasi, meski memang sering kali harus membutuhkan lampu flash karena diafragmanya yang sempit.
Ingin bagikan hasil foto film? Fujifilm hadirkan aplikasi khusus bernama INSTAX UP!, berfungsi layaknya aplikasi untuk scan dokumen, secara otomatis scan film INSTAX dan membuatnya tersimpan dalam bentuk digital. Saya pribadi lebih memilih untuk memotret lembaran film dari INSTAX mini 99, karena lebih terasa orisinil.
Baterai
Untuk menjepret semua foto yang Gizmo friends ambil, kamera INSTAX terbaru satu ini memanfaatkan baterai seri NP-70S, memiliki daya sekitar 680 mAh. Baterai INSTAX mini 99 sendiri diklaim sanggup digunakan hingga 10 kemasan film, alias total untuk mencetak kurang lebih 100 foto, sebelum harus diisi daya kembali.
Daya tahan tersebut tergolong cukup lama. Selama menggunakan kamera INSTAX mini 99 dengan tiga kemasan film alias kurang lebih 30 foto, indikator baterainya masih penuh, belum turun sama sekali. Sehingga rasanya tidak perlu mengkhawatirkan untuk harus isi daya terlalu sering—berbeda dengan smartphone atau kamera saku digital.
Bagaimana cara isi daya baterai INSTAX mini 99? Sayangnya, tidak bisa langsung colok kabel ke perangkat. Baterai harus dilepas dari dalam bodinya, lalu dipasang ke cradle khusus—kabar baiknya, sudah pakai USB-C. Jadi kalau memang dibutuhkan, cukup membawa cradle yang sangat kecil, dan bisa pakai kabel smartphone. Pengisiannya diklaim membutuhkan waktu sekitar 2 jam.
Kesimpulan

Ini adalah kamera INSTAX paling premium dan paling memuaskan yang pernah saya coba. Meski memang, tak dapat dipungkiri, harganya cukup mahal untuk sebuah gadget dengan fungsi tunggal. Apalagi harga INSTAX mini Evo juga kini sudah setara, dengan fungsi lebih banyak karena bisa tersambung dengan smartphone.
Saya pribadi lebih memilih INSTAX mini 99 ketimbang mini Evo—buat saya, tujuan untuk menggunakan kamera INSTAX, adalah untuk mengambil momen yang terjadi saat itu juga. Sementara mini Evo dengan fungsi tambahannya, membuat proses bisa tidak sepenuhnya natural.
Kalau tidak merasa butuh fitur-fitur ekstra seperti mode gambar tambahan, filter dan lainnya, alternatif lain seperti INSTAX mini 40 juga bisa dipilih, dengan harga tidak sampai setengahnya dari INSTAX mini 99. Namun kalau Gizmo friends memang ada budget lebih, kamera terbaru satu ini tentu dengan mudah saya rekomendasikan untuk pengalaman lebih fun dan memuaskan.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.





