Jakarta, Gizmologi โ AI bukan lagi sekadar topik futuristik, melainkan kenyataan yang kini membentuk cara manusia bekerja, berkreasi, dan berinteraksi. Namun di balik segala kemajuan yang dihadirkan, AI juga memunculkan pertanyaan besar
Mengusung tema โEmbracing The New Age of AIโ, acara ini hadir sebagai ruang dialog yang mempertemukan berbagai perspektif, mulai dari akademisi, kreator, profesional, hingga pelaku industri. AiDEA Weeks bertujuan menjembatani kesenjangan antara teknologi dan masyarakat, agar pemanfaatan AI tidak berhenti di level teknologi, tetapi juga berdampak positif pada kehidupan sosial dan ekonomi.
Dalam pekan pertama penyelenggaraan, AiW menghadirkan tiga sesi utama yang membahas peran AI terhadap masa depan pekerjaan, dunia kreatif, dan peningkatan produktivitas. Setiap diskusi menghadirkan pembicara lintas bidang untuk menyoroti tidak hanya potensi AI, tetapi juga tantangan yang muncul seiring dengan penggunaannya secara masif.
Baca Juga: Moto G67 Power Jadi Smartphone 5G Rp3 Jutaan Terbaru dengan Baterai 7000 mAh
Masa Depan Pekerjaan di Era AI

Sesi bertajuk โFuture Jobs & Making Money in the Age of AIโ membahas dampak langsung AI terhadap dunia kerja. Teknologi ini memang berpotensi menggantikan banyak peran manusia, namun di sisi lain membuka peluang baru bagi mereka yang mampu beradaptasi. Founder Madya.id, Pandu Truhandito, menekankan pentingnya memahami konteks dan masalah yang ingin diselesaikan lewat AI, bukan hanya sekadar menggunakannya.
โJangan hanya jadi pengguna AI biasa, harus ngerti problemnya yang bisa menghasilkan efek nyata,โ ujar Pandu. Pandangan ini juga diperkuat oleh William Jakfar (Founder BelajarGPT) dan Andin Rahmana (Academic & Community Manager Purwadhika), yang sepakat bahwa kemampuan seperti prompt engineering dan pemahaman konteks kini menjadi kompetensi utama di dunia kerja modern.
Selain itu, diskusi juga menyoroti perlunya transformasi di sektor SDM. Tenaga kerja harus dilatih untuk menjadikan AI bukan sebagai ancaman, melainkan alat bantu produktivitas yang bisa membuka nilai ekonomi baru. Perspektif ini menunjukkan bahwa masa depan pekerjaan bukan tentang siapa yang digantikan oleh AI, tetapi siapa yang mampu bekerja bersamanya.
AI dan Dunia Kreatif Sebagai Perantara Efisiensi dan Orisinalitas

Perkembangan AI juga berdampak besar pada industri kreatif. Dalam sesi โHow AI Impacts & Supercharge Creative Productionโ, para pembicara membahas bagaimana AI mempercepat proses ideasi, namun di sisi lain menimbulkan kekhawatiran soal keaslian karya. Menurut laporan Adobe Future of Creativity (2023), 60% kreator digital mengaku terbantu oleh AI, tapi hampir setengahnya masih khawatir kehilangan sentuhan personal dalam karya mereka.
Kevin Mahesa, Sr Art Director Dentsu Creative, menilai AI bisa menjadi mitra yang membantu pengembangan ide dan validasi data. โKetika membuat storytelling, kita bisa memanfaatkan AI seperti ChatGPT untuk memastikan fakta dan memperkaya konsep campaign,โ ujarnya. Namun, Brilian Fairiandi, CEO dan Founder Imajik, mengingatkan bahwa kontrol manusia tetap harus ada. โAI gak mungkin sekali jadi, taste dan pengetahuan tetap menentukan hasil akhir,โ katanya.
Moderator Daniel Riswandi dari Rizvisual menyoroti pentingnya keseimbangan antara efisiensi dan nilai artistik. Dunia kreatif di masa depan akan bergantung pada bagaimana manusia memanfaatkan AI tanpa kehilangan keunikan dan kepribadian dalam karya.
AI sebagai Mitra Produktivitas, Bukan Pengganti
Sesi ketiga bertajuk โAI for Better Productivity & Growthโ menghadirkan pembicara dari berbagai latar belakang industri seperti Indira Naratisa (TikTok), Buchara Runyandra (Ogilvy), dan Bontot Pandawa (Videoin.id). Mereka berbagi praktik nyata tentang bagaimana AI digunakan untuk mempercepat proses kerja, dari pembuatan konten hingga analisis performa kampanye.
Namun, mereka juga menyoroti sisi manusia yang tidak boleh hilang. โAI bisa memperkuat logika, tapi gak akan pernah bisa dapetin humanity dari manusia sendiri,โ ujar Buchara. AI dapat membantu efisiensi dan produktivitas, tetapi keputusan strategis tetap membutuhkan empati dan pengalaman manusia.
Moderator Ignatius Hendrik, yang juga Committee Lead AiW, menegaskan bahwa tantangan terbesar bukan pada teknologi itu sendiri, melainkan pada bagaimana manusia menggunakannya secara bijak. Dalam konteks ini, AI seharusnya menjadi mitra cerdas yang memperluas kemampuan manusia, bukan menggantikannya.
AiDEA Weeks 2025 diharapkan menjadi forum publik yang mempertemukan berbagai pihak untuk membangun ekosistem AI yang inklusif dan kolaboratif. Diselenggarakan di Galeri Nasional Indonesia, acara ini tidak hanya menjadi wadah diskusi, tapi juga ruang untuk memahami dan menavigasi masa depan bersama, dan masa depan di mana manusia dan mesin bisa tumbuh berdampingan dengan harmoni.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.



