Jakarta, Gizmologi – Transaksi pasar jual-beli online kini telah bertransformasi, di mana pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) melirik potensi untuk dagang di Social Commerce. Apalagi bisnis ini makin digandrungi oleh para pedagangan karena dianggap lebih banyak memberikan keuntungan.
Menurut Praktisi Pemasaran dan Behavioral Science Ignatius Untung Surapati, interaksi sosial antara streamer dengan penontonnya ini telah menarik, brand maupun marketplace untuk memasarkan produk mereka secara online. Cara ini bisa menjadi kesempatan yang bagus bagi pelaku UMKM dalam memasarkan produk mereka secara optimal.
“Jika dulu ada platform yang classified macam Kaskus FJB atau OLX, kemudian berubah jadi marketplace. Kini medsos pun bisa membuka peluang bagi pelaku usaha untuk bertransaksi lebih cepat dalam memasarkan produknya,” kata praktisi Pemasaran dan Behavioral Science Ignatius Untung Surapati, Jumat (15/9/2023).
Untung pun menyarankan agar para pelaku UMKM bisa memulai mengikuti tren Social Commerce. Melalui cara ini pula pelaku bisnis dapat membangun persona atau citra baik di platform digital untuk berjualan secara online.
Menurutnya, pembentukan citra tersebut juga harus diimbangi dengan konsistensi agar selain membiasakan diri dengan rutinitas berjualan langsung secara daring, pelaku UMKM bisa membangun rasa percaya dengan calon pelanggannya.
“Kita bangun dulu daya tarik dan personal brandingnya (pencintraan diri), nanti pelan-pelan kan naik. Orang-orang kan sebenarnya beli sesuatu itu dari sosok yang dia percayai dulu,” kata pria yang sempat menjadi Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) periode 2018-2020 tersebut.
Untung mencontohkan pembentukan citra secara konsisten dapat menyukseskan nilai penjualan suatu produk. Salah satu kreator yang berhasil melakukan itu adalah Kohcun, di mana ia berhasil menciptakan omzet besar senilai Rp21 miliar saat melakukan penjualan produk dengan metode live commerce.
Baca Juga: Begini Tren Social Commerce di Indonesia dan Dampaknya Bagi UMKM
Konsisten Berdagang di Social Commerce

Metode serupa menurutnya tidak hanya bisa dilakukan di live commerce saja tapi juga saat berjualan secara langsung di toko atau gerai. Adapun live commerce, merupakan fenomena berjualan lewat platform digital dengan siaran langsung yang akhir-akhir ini naik daun.
“Artinya pelaku bisnis UMKM jika konsisten melakukan streaming dan mendapat perhatian dari netizen saat memasarkan produknya bisa memberikan dampak positif yang memungkinkan pedagang, termasuk UMKM mendapatkan trafik penjualan melalui konten yang unik dan pada akhirnya semakin membuka peluang bisnis bagi mereka,” paparnya.
Berdasarkan laporan Statista diketahui secara global, ada peningkatan 76 persen dalam pembelian belanja live commerce selama pandemi. Laporan yang sama mengungkapkan pada 2021, minat konsumen terhadap livestream shopping lebih tinggi di kawasan Asia Pasifik daripada di seluruh dunia.
Sejumlah platform yang mengizinkan penggunanya untuk memasarkan produk mereka saat streaming di antaranya TikTok Shop dan Shopee Live. Bahkan Meta induk perusahaan Facebook, Instagram dan WhatsApp juga membuka kesempatan bagi pelaku usaha untuk memasarkan produk-produk mereka melalui platform media sosial secara terbuka.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




