Jakarta, Gizmologi – Ericsson meluncurkan data terbarunya Ericsson Mobility Report (EMR) November 2025 yang menemukan prediksi baru di industri konektivitas. Salah satunya mengenai perkembangan langganan 5G, hingga bagaimana persiapan industri untuk ke era 6G.
EMR 2025 akan berfokus kepada prediksi mulai tahun 2025 hingga 2031. Soal 5G, perkembangan jaringan tersebut tak hanya ada di Indonesia saja, melainkan negara lain juga ikut mengembangkan.
Meski begitu, perkembangan di Indonesia terlihat masih terhambat karena kurangnya spektrum dan harga yang tidak terjangkau. Adapun Ericsson masih memberikan pandangan positif mengenai hal ini.
”Dengan ekosistem digital yang semakin kuat, Indonesia akan berada pada posisi yang lebih baik untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mendorong transformasi digital nasional,” ujar Daniel Ode, President Director Ericsson Indonesia.
Baca Juga: Ericsson Hackathon 2024, Dorong Inovasi Smart Manufacturing di Indonesia
EMR 2025 Bahas Langganan 5G hingga Kehadiran 6G
Ericsson menyebut use case utama 5G terus berkembang. Enhanced mobile broadband diperkirakan akan mencapai 6,4 miliar langganan 5G pada akhir 2031, atau sekitar dua pertiga dari seluruh langganan seluler pada saat itu. Sekitar 4,1 miliar dari jumlah tersebut yaitu sekitar 65 persen diperkirakan akan berbasis 5G SA atau 5G Standalone.
Penerapan 5G SA mendorong pertumbuhan signifikan pada tahun 2025 dalam jumlah operator telekomunikasi seluler yang menawarkan model layanan konektivitas yang berbeda berdasarkan 5G SA Network Slicing. Dengan teknologi ini, operator telekomunikasi menjamin kualitas layanan untuk berbagai kebutuhan pelanggan dengan menyediakan potongan jaringan khusus.
Data dari EMR juga memperlihatkan sudah lebih dari 90 operator telekomunikasi kini telah meluncurkan atau melakukan peluncuran awal jaringan 5G SA. Jumlah ini mengalami peningkatan sekitar 30 operator telekomunikasi dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan 20 operator telekomunikasi dibandingkan laporan EMR Juni 2025.
Hanya pada tahun 2025 saja, langganan 5G diperkirakan akan melampaui 2,9 miliar pada akhir tahun—setara dengan sekitar sepertiga dari seluruh langganan seluler saat ini—atau meningkat sekitar 600 juta langganan 5G dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Untuk penggunaan langganan 5G sendiri, EMR November 2025 mencatat dari sisi cakupan geografis, tahun ini terdapat peningkatan 400 juta orang di seluruh dunia yang dapat mengakses 5G. Lalu, sekitar 50 persen populasi global di luar Tiongkok daratan diperkirakan akan memiliki cakupan 5G pada akhir 2025.
Jaringan 5G diperkirakan akan menangani 43 persen dari seluruh trafik data seluler pada akhir 2025. Nilai tersebut naik dari 34 persen pada periode yang sama tahun lalu. Para ahli EMR memperkirakan angka ini akan meningkat menjadi 83 persen pada 2031.
Sedangkan untuk Fixed Wireless Access (FWA) broadband terus berkembang, karena menjadi sebagai salah satu use case 5G. EMR November 2025 memperkirakan bahwa sekitar 1,4 miliar orang di seluruh dunia diperkirakan akan mengakses broadband FWA pada akhir 2031, dengan 90 persen di antaranya melalui 5G.
Tim riset EMR telah mengidentifikasi 159 penyedia layanan telekomunikasi yang saat ini menawarkan layanan FWA melalui 5G, setara dengan sekitar 65 persen dari seluruh penyedia layanan FWA. Jumlah penyedia layanan yang menawarkan paket berbasis kecepatan—model monetisasi yang umum digunakan pada broadband tetap berbasis fiber atau kabel—meningkat dari 43 persen menjadi 54 persen sejak EMR November 2024.
Trafik data jaringan seluler meningkat 20 persen dari kuartal ketiga 2024 hingga periode yang sama di 2025 kenaikan yang sedikit lebih tinggi dari perkiraan, didorong oleh Tiongkok daratan dan India. Pertumbuhan diperkirakan akan terus berlanjut dengan rata-rata tahunan sebesar 16 persen hingga 2031.
Meski langganan 5G belum merata, langganan 6G pun diperkirakan akan mencapai 180 juta pada akhir 2031, belum termasuk adopsi awal perangkat Internet of Things berbasis AI. Jumlah langganan tersebut dapat meningkat secara signifikan apabila 6G diluncurkan lebih awal dari yang ditunjukkan oleh siklus generasi sebelumnya.
”Kami melihat banyak penyedia layanan beralih dari tahap proof-of-concept ke penerapan komersial hanya dalam tahun 2025, dan kami memperkirakan tren tersebut akan terus berlanjut,” ungkap Erik Ekudden, penerbit EMR sekaligus Chief Technology Officer Ericsson.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

