Hong Kong, Gizmologi – TikTok tampaknya mengalami tekanan luar biasa di Amerika Serikat. Hal ini karena regulasi setempat memaksa untuk memilih salah satu opsi yang sama-sama memberatkan.
Namun ByteDance lebuh memilih untuk menutup TikTok sekaligus merugi daripada harus menjualnya, karena perusahaan China ini mengaku kehabisan semua opsi hukum untuk melawan legislasi yang melarang platform tersebut di Amerika Serikat. Apalagi penjualan harus dipaketkan dengan algoritma yang digunakan platform tersebut.
Seperti dikutip Gizmologi dari Reuters, Minggu (28/4/2024), algoritma tersebut merupakan inti dari operasi keseluruhan ByteDance. Sehingga menjual TikTok termasuk algoritmanya dianggap sangat tidak mungkin untuk diterima mentah-mentah.
Menurut salah satu sumber, jika TikTok ditutup hanya akan berdampak terbatas pada bisnis ByteDance. Namun pihaknya tidak ingin menjual algoritma sebagai inti dari operasi perusahaan.
Sementara itu, ByteDance di platform Toutiao miliknya menyatakan bahwa tidak ada rencana untuk menjual TikTok. Hal ini merupakan respon dari artikel The Information yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut sedang mengeksplorasi skenario untuk menjual bisnis TikTok di Amerika Serikat tanpa algoritma yang merupakan “otak” dalam merekomendasikan video kepada pengguna.
Sebelimnya, Shou Zi Chew, CEO TikTok menyatakan bahwa pihaknya berharap akan menang dalam tantangan hukum untuk memblokir legislasi yang ditandatangani menjadi undang-undang oleh Presiden AS Joe Biden yang isinya melarang aplikasi tersebut. Sementara saat ini pengguna platrom itu di negara Paman Sam tersebut sudah mencapai 170 juta orang.
Namun apa daya, undang-undang tersebut disetujui secara luar biasa oleh Senat AS pada Selasa (23/4/2024) karena didorong kekhawatiran di antara para anggota kongres bahwa China bisa mengakses data warga AS atau menggunakan aplikasi tersebut untuk surveilans.
Tanda tangan Biden menetapkan batas waktu 19 Januari 2025 untuk penjualan alias satu hari sebelum masa jabatannya akan berakhir. Namun dia juga memberikan kelonggaran untuk memperpanjang batas waktu tersebut selama tiga bulan setelahnya.
Harta yang Paling Berharga di TikTok adalah Algoritma
Sekedar informasi, AS menyumbang sekitar 25% dari total pendapatan TikTok pada tahun lalu, kata suatu sumber terpisah. Sementara itu, ByteDance terus menghasilkan sebagian besar uangnya dari China, terutama untuk aplikasi-aplikasi yang lain seperti Douyin yang merupakan TikTok versi China.

Sumber lainnya juga menyatakan, pendapatan ByteDance tahun 2023 naik menjadi hampir US$120 miliar dari US$80 miliar pada tahun 2022. Adapun pengguna aktif harian TikTok di AS juga hanya menyumbang sekitar 5% dari total pengguna aktif harian ByteDance di seluruh dunia.
Menurut sumber yang diwawancarai Reuters, TikTok menggunakan algoritma inti yang sama dengan aplikasi domestik ByteDance seperti platform video pendek Douyin. Algoritmanya dianggap lebih baik daripada pesaing ByteDance seperti Tencent dan Xiaohongshu.
Baca juga: TikTok Shop di Inggris Hadirkan Kategori Barang Mewah Bekas
Dengan keunggulan yang dimiliki, tentunya sangat menjadi tidak mungkin untuk melepaskan TikTok dengan algoritmanya. Selain itu. hal ini karena lisensi kepemilikan intelektualnya terdaftar di bawah ByteDance di China dan sulit untuk dipisahkan dari perusahaan induk sehingga memisahkan algoritma dari aset TikTok di AS akan menjadi prosedur yang sangat rumit.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




