Sedikit flashback ke bulan Maret 2021 lalu, Samsung Indonesia hadirkan sebuah smartphone baru yang, secara pribadi, menarik perhatian saya. Selain harganya lebih murah dari seri A5x, fitur flagship pun dibawa ke perangkat tersebut. Ya, adalah Samsung Galaxy A32, seri Rp3 jutaan dengan fitur yang semakin lengkap.
Setidaknya, di atas kertas kehadiran Samsung Galaxy A32 cukup menarik perhatian. Desain yang cantik, layar yang unggul serta sensor lengkap termasuk NFC—semua fitur penting yang bisa hadir dalam sebuah smartphone dihadirkan dalam sebuah paket praktis. Tahun ini memang nampaknya menjadi tahun introspeksi bagi Samsung.
Maksudnya? Lihat saja spesifikasi kelas entri hingga menengahnya, kini semakin bersaing dengan para kompetitor. Yah tentu, tidak semuanya bisa bagus, Namanya saja bukan flagship. Ada beberapa hal yang membuat Samsung Galaxy A32 tidak cocok untuk sejumlah tipe konsumen, meski saya yakin bakal bisa terjual laris. Berikut ulasan lengkapnya.
Desain

Sejujurnya, dibandingkan dengan Galaxy A52 maupun Galaxy A72, Samsung Galaxy A32 menjadi yang paling menarik bagi saya untuk dipandang. Dimensinya cukup kompak, ramping baik secara lebar dan ketebalannya di 8,4mm, plus cukup ringan di 184 gram. Gizmo friends juga bisa lihat sendiri pada desain back cover-nya.
Mengingatkan saya terhadap LG Velvet, modul kameranya dirancang berbeda dibandingkan seri Galaxy lainnya. Tiap sensor kamera dibuat timbul secara individu dari bagian bodi flat, terlihat lebih mewah. Pilihan warnanya pun lengkap, dan Awesome White jadi opsi yang cerah plus tidak mudah terlihat kotor, meski permukaannya mengkilap.

Kenapa saya menyebutkan “untuk dipandang”, karena saat digenggam, barulah terasa penghematan yang perlu dilakukan Samsung. Material plastik pada bodi belakang serta bagian frame-nya terasa.. agak murah. Penting atau tidaknya tergantung penggunaan—kalau sehari-hari bakal digunakan dengan case tambahan, tentunya tidak menjadi masalah.
Layar

Untuk bagian ini, Samsung Galaxy A32 memiliki paduan teknologi baru dan lawas. Bagian lawas ada pada desain notch kamera depannya yang berbentuk Infinity-U, alias belum mengadopsi desain punch-hole. Sisanya? Cukup positif, terutama pada kualitas layarnya.
Punya dimensi 6,4 inci dengan rasio 20:9, bodi Samsung Galaxy A32 cukup nyaman digenggam karena tidak terlalu lebar. Resolusinya sudah mencapai full HD+, gunakan panel Super AMOLED, bahkan mengusung refresh rate 90Hz. Sistemnya adaptif, jadi bakal turun ke 60Hz bila tidak diperlukan, demi menghemat baterai.

Reproduksi warnanya gonjreng meski tidak berlebihan, dan cukup cerah hingga 800 nits untuk penggunaan luar ruangan. Always-on display juga tersedia untuk personalisasi tampilan jam yang bakal standby 24/7. Dan kalua material bodi dihemat, sensor sidik jari pada smartphone mid-range Samsung ini tetap in-display, alias terbenam di balik kaca layar.
Sayangnya, performanya agak kurang responsif. Gunakan jenis optical, mungkin ini adalah generasi pertama. Selain perlu ditekan, harus dibiarkan agak lama. Dan tentunya bakal jadi makin sulit ketika dipasangkan dengan tempered glass. Jadi baiknya gunakan lapisan antigores biasa saja bila inginkan perlindungan ekstra.
Kamera

Mudah digunakan, meski bukan yang terbaik di kelasnya. Secara tampilan, setup kamera Samsung Galaxy A32 memang terlihat stylish nan berbeda, namun kinerjanya tergolong oke saja. Di belakang, disiapkan sensor utama beresolusi 64MP, yang secara otomatis ambil foto 16MP dengan teknologi pixel-binning, dengan harapan berikan detil lebih tinggi.
Selain itu ada kamera ultra wide-angle 8MP, 5MP untuk berikan efek potret, serta 5MP kedua untuk foto objek makro berkualitas. Hasil kamera sudut lebarnya cukup tajam meski noise-nya tinggi dan cenderung gelap dalam kondisi tertentu. Sementara sensor utama bisa berikan warna yang akurat, tak terlalu berlebihan, dynamic range cukup namun dengan satu catatan.
Awalnya, saya mengira Samsung Galaxy A32 punya performa HDR yang buruk, namun ternyata efeknya baru terlihat saat foto diambil dan ditunggu beberapa detik kemudian, alias tidak secara real-time. Yang juga sedkit kurang adalah mode malamnya, kurang efektif untuk cerahkan foto atau menambah detail foto. Overall sih nggak jelek juga, tapi kalau dibandingkan dengan Redmi Note 10 Pro, tentu cukup jauh berbeda.
Kamera depannya sendiri beresolusi 20MP dengan detail yang baik, plus sudut pandang lebar. Berikut beberapa hasil fotonya, dan kamu bisa lihat secara lengkap dalam album Google Photos berikut ini.
Yang paling saya suka sih UI-nya yang sangat mudah. Baik kamera belakang dan depan dibuat seolah memiliki dua lensa standar dan ekstra lebar untuk swafoto beramai-ramai. Perekaman videonya hanya sampai full HD, namun sudah dilengkapi EIS, yang tentunya bakal berikan efek getar atau berbayang saat rekam video seperti melangkah di malam hari.
Fitur

Seperti biasa, One UI 3.1 berbasis Android 11 yang digunakan smartphone Samsung rilisan 2021 ini berikan fitur yang melimpah tanpa harus tampil kompleks. Icon-icon yang besar mungkin lebih diminati oleh pengguna yang lebih tua, meski sejatinya jumlah grid bisa diatur sesuai selera. Peletakannya sangat pas untuk penggunaan satu tangan, lengkap dengan one-handed mode yang bisa perkecil tampilan layar ke sudut tertentu.
Mulai dari NFC sampai fitur untuk mendeteksi nomor tak dikenal, One UI berikan tampilan yang segar nan lengkap, membuat pengguna tak perlu instal banyak aplikasi tambahan. Dukungan Dolby Atmos pun hadir untuk tingkatkan pengalaman mendengarkan music—sayangnya speaker mono di bawah punya volume maksimum agak kecil.
Yang tak kalah menarik, Samsung tetap berikan fitur seperti Link to Windows ke Samsung Galaxy A32. Lewat fitur ini, pengguna bisa menyambungkan smartphone ke perangkat Windows 10 dan sinkronisasi notifikasi hingga semua tampilan yang ada di smartphone. Akses Instagram? Bisa. Drag and drop file? Juga bisa. Cocok bagi kamu yang berada di ekosistem Windows, buah kerjasama mendalam antara Samsung dan Microsoft.
Performa

Bila kamu mencari performa terbaik, maka smartphone ini bukanlah pilihan yang pas. Awalnya saya mengira bila MediaTek Helio G80 sudah cukup bertenaga, dipadukan dengan pilihan RAM 6/8GB dan penyimpanan internal luas di 128GB. Pun dengan One UI yang seharusnya sudah well-optimized hingga di seri lebih murah.
Namun ketika digunakan sehari-hari, tak jarang ditemukan sedikit stuttering atau efek transisi patah-patah, terutama ketika awal membuka kunci layar dan saat sedang multitasking. Menurunkan refresh rate ke 60Hz pun tak terlalu membantu. Bukan lag yang gimana-gimana juga, sih, jeda buka tutup aplikasi juga masih tergolong oke. Hanya kurang gegas terutama dibandingkan smartphone lain sekelasnya.
Buat main game pun masih bisa, selama tidak mengutamakan tampilan visual yang buttery smooth. Suhunya pun juga bakal agak sedikit panas ketika sedang digunakan untuk bermain gim atau sekadar menggunakan smartphone secara intensif.
Baterai
Karena kapasitasnya yang memang lebih besar dari Galaxy A52, Samsung Galaxy A32 bisa bertahan lebih lama dari saudaranya yang lebih mahal. Dengan 5,000 mAh, penggunaan intensif a-la saya masih tersisa cukup sampai setengah hari pada keesokan harinya. Sementara dalam kondisi penggunaan ringan, bisa mencapai dua hari. Berkat penggunaan prosesor hemat daya serta sistem refresh rate yang adaptif.
Untuk pengisian dayanya, Samsung Galaxy A32 mendukung protokol fast charging 15 watt. Lagi-lagi, memang bukan yang paling kencang di kelasnya. Namun untuk ukuran 15 watt, dengan durasi pengisian daya mulai hampir habis hingga 100%, bisa mencapai 2 jam lebih sedikit sudah cukup oke.
Kesimpulan

Untuk sebuah smartphone Rp3 jutaan, Samsung mencoba meracik takaran yang pas demi menciptakan sebuah perangkat yang sekiranya cocok untuk banyak jenis konsumen. Mereka yang mencari desain stylish, layar berkualitas untuk streaming, baterai irit plus kamera yang bisa diandalkan, tentunya bakal tertarik dengan Samsung Galaxy A32.
Sedikit catatan ada pada performa, kinerja in-display fingerprint sensor serta material bodi yang terasa agak kurang ketika digunakan tanpa case. Kalau bagian-bagian ini dirasa cukup krusial, silakan menjadi alternatif lain. Namun bila tidak, bisa mulai menimbang opsi warna yang cocok untuk dipamerkan tiap harinya.
Beli perangkat Samsung secara online di:
Spesifikasi Samsung Galaxy A32

General
| Device Type | Smartphone |
| Model / Series | Samsung Galaxy A32 |
| Released | 19 Maret, 2021 |
| Status | Available |
| Price | Rp3.599.000 (6/128), Rp3.799.000 (8/128) |
Platform
| Chipset | Mediatek Helio G80 (12 nm) |
| CPU | Octa-core (2x2.0 GHz Cortex-A75 & 6x1.8 GHz Cortex-A55) |
| GPU | Mali-G52 MC2 |
| RAM (Memory) | 6/8GB |
| Storage | 128GB |
| External Storage | microSD (dedicated) |
| Operating System | Android 11 |
| User Interface | One UI 3.1 |
Design
| Dimensions | 158.9 x 73.6 x 8.4 mm |
| Weight | 184 gram |
| Design Features |
Glass front, plastic back, plastic frame Warna: Awesome Black, Awesome White, Awesome Violet, Awesome Blue |
| Battery |
Li-Po 5,000 mAh, non-removable Fast charging 15W |
Display
| Screen Type | Super AMOLED, 16M colors |
| Size and Resolution | 6.4 inches, 1080 x 2400 pixels, 20:9 ratio |
| Touch Screen | capacitive touchscreen |
| Features |
800 nits max brightness 90Hz refresh rate |
Network
| Network Frequency | GSM/ HSPA/ LTE |
| SIM | Dual SIM (Nano-SIM, dual stand-by) |
| Data Speed | HSPA 42.2/5.76 Mbps, LTE-A (2CA) Cat6 400/50 Mbps |
Camera
| Multi Camera | Yes (Rear) |
| Rear | 64 MP, f/1.8, 26mm (wide), PDAF; 8 MP, f/2.2, 123˚, (ultrawide), 1/4.0", 1.12µm; 5 MP, f/2.4, (macro); 5 MP, f/2.4, (depth) |
| Front | 20 MP, f/2.2, (wide) |
| Flash | Yes |
| Video | 1080p 30/60fps |
| Camera Features |
LED flash, Panorama, HDR, Portrait |
Connectivity
| Wi-fi | Wi-Fi 802.11 a/b/g/n/ac, dual-band, Wi-Fi Direct, hotspot |
| Bluetooth | 5.0, A2DP, LE |
| USB | 2.0, Type-C 1.0 reversible connector |
| GPS | Yes, with A-GPS, GLONASS, BDS |
| HDMI | No |
| NFC | |
| Infrared | No |
Smartphone Features
| Multimedia Features | 3.5mm jack, Dolby Atmos |
| FM Radio | Yes |
| Web Browser | HTML 5, Google Chrome |
| Messaging | SMS, MMS, Instant Messaging |
| Sensors | Fingerprint (in-display), accelerometer, gyro, proximity, compass |
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




