Jakarta, Gizmologi – Penggunaan kata “sederhana” pada fitur sebuah produk elektronik seperti gadget, umumnya digunakan untuk memperhalus penyebutan dari kekurangan yang dimiliki. Kata tersebut pun pas untuk menggambarkan sebuah kamera terbaru Canon, yakni Canon EOS R100. Mirrorless kelas entri yang fiturnya memang tergolong sederhana.
Ketika sejumlah vendor kamera mulai merilis seri khusus untuk vlogging, maupun integrasi lebih jauh dengan smartphone, Canon EOS R100 justru hadir layaknya kamera mirrorless rilisan 5-6 tahun lalu. Sensor yang digunakan pun sama persis dengan EOS M50 Mark II, pertama kali dirilis 3 tahun lalu. Memberikan ekspektasi akan apa yang bisa didapat oleh konsumen.
Yang menjadi pembenaran, tentu saja harganya. Canon sebutkan bila Canon EOS R100 hadir untuk mereka yang ingin memiliki kamera mirrorless pertama, atau ingin upgrade kualitas kamera dari smartphone. Meski fitur terbatas, setidaknya kamera ini membawa sensor yang jauh lebih besar dari smartphone flagship sekalipun, untuk potensi gambar lebih jernih terutama dipadukan dengan lensa kustom.
Baca juga: Canon PowerShot V10, Kamera Saku Buat Vlogger
Layar Canon EOS R100 Belum Touchscreen, Tak Bisa Diputar

Jadi yang termurah untuk seri R (Rebel), harga Canon EOS R100 dibanderol USD479,99, atau sekitar Rp7 jutaan. Harga tersebut hanya untuk kameranya saja, alias body only. Canon juga menjualnya dengan lensa kit RF-S 18-45mm IS STM, mengharuskan pembeli untuk menambah budget hampir Rp2 juta. Cukup terjangkau untuk sebuah kamera mirrorless, bukan?
Maka wajar bila fiturnya sederhana. Layar Canon EOS R100 yang berukuran 3 inci di belakang gunakan jenis LCD, tidak mendukung input sentuh, juga tidak bisa dibuka maupun diputar. Tombol-tombolnya pun sederhana, tanpa joystick maupun tombol yang bisa diputar.

Ingin menambah mikrofon? Sayangnya Canon EOS R100 tak disertai dengan jack audio 3,5mm. Kamera Canon terbaru satu ini juga tak dibekali dengan in-body image stabilization, alias pengguna hanya bisa memanfaatkan stabilisasi dari lensa yang kompatibel saja, untuk foto dan video lebih stabil. Tanpa fitur streaming, maupun kompabilitas untuk mengubahnya sebagai webcam.
Kekuatan kamera ini, ada pada sensor yang dibawanya. Walaupun sama dengan seri Canon yang rilis di 2020, Sensor APS-C 24.1 Megapiksel pada Canon EOS R100 tentunya masih jauh lebih superior daripada mirrorless jadul lainnya, atau kamera smartphone flagship. Belum lagi bila dipasangkan dengan lensa yang lebih baik.
Sudah Mendukung Perekaman Video Vertikal

Selain mengunggulkan sensor dari kamera yang lebih mahal, Canon EOS R100 juga sudah mendukung eye-tracking dual pixel autofocus. Dengan prosesor Digic 8, kamera ini bisa merekam video hingga resolusi 4K 24fps maupun 1080p 30fps. Namun dengan catatan, viewfinder akan sedikit terpotong pada mode 4K, dan sistem fokus “turun” ke contrast-based.
Bagi para generasi muda maupun konten kreator, ada sejumlah fitur modern yang dimiliki oleh Canon EOS R100. Sebut saja mode perekaman video vertikal untuk platform video masa kini, serta transfer data secara nirkabel lewat Bluetooth maupun Wi-Fi. Foto dan video dapat disimpan ke kartu SD UHS-I, bukan yang paling kencang, namun sudah cukup untuk kecepatan foto burst yang memang hanya 3,5fps.
Walaupun fitur pada bodi perangkat sangat terbatas, Canon EOS R100 bisa jadi opsi bagi mereka yang ingin merasakan pengalaman menggunakan mirrorless dengan lensa yang bisa digonta-ganti sesuai peruntukannya masing-masing. Menurut Gizmo friends, lebih baik membeli kamera kelas entri, atau cukup dengan smartphone?
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




