Jakarta, Gizmologi – Riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menunjukkan perusahaan rintisan (startup) perikanan eFishery telah berkontribusi sebesar Rp3,4 triliun atau setara 1,55 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sektor akuakultur Indonesia pada tahun 2022.
Wakil Kepala Lembaga Demografi FEB UI Paksi C. K. Walandouw menjelaskan eFishery telah menghadirkan inovasi berbasis teknologi bagi para pembudidaya ikan dan penambak udang. Hasilnya tak hanya menyumbang PDB Nasional tapi juga peningkatan taraf hidup, bisnis dan produktivitas setelah bergabung dengan ekosistem eFishery.
“eFishery berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan individu sebesar 41,5 persen pada ekosistemnya, yang terdiri dari pembudidaya ikan sebesar 29,3 persen atau Rp2,8 juta setelah bergabung dengan eFishery dan petambak udang mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu sebesar 90,6 persen atau hampir dua kali lipat yakni Rp25,9 juta setiap bulannya,” papar Paksi dalam eFishery Impact Report 2022, Rabu (29/3).
Ia pun membagi pembudidaya ikan dan penambak udang menjadi tiga klasifikasi usaha berdasarkan tenaga kerja. Pertama, sektor usaha kecil dengan jumlah tenaga kerja 5-20 pekerja, mengalami peningkatan rata-rata pendapatan sebanyak 21,5 persen. Kedua, usaha menengah dengan jumlah pekerja 20-100 orang tumbuh secara signifikan sebesar 88,7 persen. Sedangkan usaha besar dengan jumlah pekerja di atas 100 orang tumbuh 1,2 persen.
Lebih jauh, hasil riset memperlihatkan bahwa peningkatan ekonomi tersebut dapat terjadi karena adanya peningkatan biomassa terhadap waktu yang dapat diukur dengan Average Daily Gain (ADG). Paksi pun mencontohkan misalnya ADG untuk ikan lele dengan pemberian pakan konvensional berkisar antara 1,27 sampai 1,93. Sedangkan, rata-rata ADG untuk pembudidaya ikan dengan pemberian pakan menggunakan eFeeder eFishery adalah 2,28.
“Apa pun yang dilakukan eFishery harus masuk ke kesejahteraan petani. Ini terlihat dari 76,6 persen pembudidaya lebih optimistis membangun usaha mereka di masa depan dengan kehadiran eFishery,” imbuhnya.
Baca Juga: Start-up Perikanan eFishery Raih Pendanaan Seri C Sebesar Rp1,2 Triliun
Startup Perikanan eFishery

Adapun dukungan eFishery mencakup bantuan teknis kebutuhan budidaya serta akses finansial Kabayan (Kasih, Bayar Nanti) yang terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain melalui Kabayan, para petambak juga terbantu dengan platform penjualan eFresh, fitur pencatatan panen Lapak Ikan, dan alat pemberian makan ikan otomatis eFeeder.
Tak hanya itu, eFeeder bisa membantu petani dalam meningkatkan produktivitas tambak yang dibuktikan dengan meningkatnya Food Conversion Ratio (FCR) atau perbandingan antara makanan yang diberikan dengan selisih berat benih dan ikan yang dipanen. Pengguna eFeeder memperoleh hasil FCR antara 0,85 sampai 1,34, dengan rata-rata 1,09 yang berarti setiap tambahan pakan ikan 1 kg akan menghasilkan penambahan berat ikan sampai dengan 1,2 kg.
Secara rinci, pendapatan petambak udang mengalami kenaikan hampir dua kali lipat tiap bulannya, yakni 90,6 persen atau rata-rata Rp25,9 juta. Sementara pendapatan pembudidaya ikan naik 29,3 persen atau Rp2,8 juta setelah bergabung dengan eFishery.
Berat panen pun rata-rata meningkat hingga 29,3 persen untuk budidaya ikan dan 11,8 persen untuk budidaya udang setelah menggunakan sarana produksi eFeeder selama tahun 2021 dan 2022, serta berkontribusi memberikan pertumbuhan profit sebesar 15 persen pada tahun 2022.
Pada kesempatan yang sama, CEO eFishery Gibran Huzaifah menuturkan eFishery berkomitmen untuk memberikan kontribusi dan mengembangkan industri akuakultur di Indonesia bersama dengan pembudidaya serta pemangku kepentingan lainnya.
“Untuk itu, kami telah hadir membantu dalam mengatasi permasalahan mendasar melalui penyediaan teknologi yang terjangkau dan mengurangi ketimpangan sosial melalui ekonomi digital yang inklusif selama hampir 10 tahun kami berdiri,” ucap dia.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




