Jakarta, Gizmologi – Awalnya dikenal dengan nama Pintaria yang didirikan sejak 2014, startup edtech tersebut sekarang mengubah namanya menjadi Pintar. Fokusnya adalah memberdayakan angkatan kerja lewat akses belajar.
Hal ini ditegaskan oleh Ray Pulungan, CEO Pintar yang menyatakan bahwa rebranding ini mempertegas misi perusahaan untuk membuka akses kepada pendidikan berkualitas di era digital sebagai bagian dari proses pembangunan ekonomi yang inklusif, berdaya saing tinggi, dan berkelanjutan.
Baca juga: DANA Kembali Jadi Mitra Penyalur Dana Kartu Prakerja Gelombang 24, Berikut Caranya
“Kami yakin bahwa pendidikan yang relevan terhadap kebutuhan industri tidak hanya berpotensi membuka peluang bagi pembelajar, tetapi juga bagi keluarganya, komunitasnya, serta organisasi di mana dia menyumbangkan waktu, pikiran, dan tenaganya,” ujar Ray Pulungan saat jumpa pers rebranding Pintar (17/05).
Saat ini, platform edukasi tersebut telah bermitra dengan berbagai universitas dalam negeri, korporasi, serta lembaga negara. Mereka juga menjadi mitra Prakerja sejak 2020. Hingga saat ini, platform edtech tersebut telah digunakan oleh lebih dari satu juta pengguna untuk mengakses kursus singkat, pendidikan tinggi, dan program Prakerja.
Ingin menjadi penjembatan skill gap di dunia kerja
PINTAR dirancang sebagai platform pengembangan diri yang merupakan wujud komitmen perusahaan untuk memberdayakan angkatan kerja Indonesia lewat akses belajar tanpa kenal usia. Berubahnya dunia kerja seiring perkembangan teknologi menyebabkan adanya gap antara demand dan supply dalam pasar tenaga kerja.
Hal ini sejalan dengan penelitian LIPI, di mana 4,6% tenaga kerja Indonesia undereducated, 27,9% tenaga kerja overeducated, dan 68,4% mengalami field of study mismatch. Berbagai mismatch ini menimbulkan konsekuensi berupa kesenjangan keterampilan, rendahnya kepuasan kerja, tingginya angka pengangguran, sampai kesenjangan gaji/upah.
Nah, startup pendidikan ini berupaya menjadi penjembatan skill gap di dunia kerja lewat kolaborasi dengan berbagai institusi. Grace Gunawan, Head of Learning PINTAR, menambahkan, yang ditawarkan oleh platorm ini tidak cuma pendidikan formal tetapi pendidikan yang dinamis dan peka terhadap perubahan zaman. Karena pendidikan ini sesuatu yang tidak mengenal ruang dan waktu.
“Ini yang kami perjuangkan di PINTAR agar hadir untuk memberikan kesempatan yang setara bagi setiap pembelajar di usia produktif. Kami ingin memberdayakan angkatan kerja lewat akses pendidikan tanpa kenal usia,” jelas Grace.
Pintar hadirkan tiga lini produk
Pintar hadir lewat tiga lini produk yang terintegrasi dalam satu platform yaitu Kursus, Kuliah, dan Korporasi. Untuk Kursus, platform ini bekerja sama dengan Prakerja. Sehingga yang memiliki Kartu Prakerja bisa memanfaatkannya untuk ikut kursus di sini. Tarifnya pun bervariasi mulai Rp99 ribu sampai Rp675 ribu dengan materi yang beragam seperti bahasa, ekonomi, kedokteran, pertanian, peternakan, teknik, dan sebagainya.
Kemudian untuk Kuliah, bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi swasta seperti Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Al-Azhar, Usahid, LSPR, dan lainnya menghadirkan perkuliahan daring maupun tatap muka. Saat ini ada tiga jenis jurusan yang disediakan yaitu manajemen, informatika, dan sistem informasi. Biaya kuliah pun bervariasi ada yang Rp1 juta per bulan hingga Rp3 juta per semester.
Terakhir adalah Korporasi di mana ini adalah program pelatihan dan pengembangan SDM pada sebuah perusahaan atau yang sifatnya B2B (Business to Business). Ada sejumlah perusahaan yang telah bekerja sama dari berbagai sektor industri seperti Amman (pertambangan), Indomaret (ritel), FMCH (Uniliver), Astra (otomotif), dan energi (Samator).
Menurut Matthew Sinder, Chief Business Officer PINTAR, korporasi melihat pelatihan karyawan sebagai investasi. “Ini adalah win win solution. Bagi tenaga kerja, mereka akan jadi lebih produktif. Bagi perusahaan, retention meningkat. Di Indonesia, pemerintah sudah fokus pada investasi sumber daya manusia, contohnya lewat Prakerja. Di sini ada beberapa perusahaan yang cukup progresif seperti Samator yang lebih mementingkan skill daripada degree,” pungkas Matthew.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.




